Saturday, June 2, 2012

“Kurangkan dirimu daripada melakukan dosa, maka akan mudahlah bagimu ketika hendak mati. Kurangkan daripada berhutang nescaya kamu akan hidup bebas”.

(Riwayat Baihaqi)

“Penangguhan hutang oleh orang yang berkuasa membayarnya, adalah satu kezaliman, halal maruah dan hukuman ke atasnya (iaitu pemberi hutang boleh mengambil tindakan ke atas diri dan maruahnya).”

(Riwayat Ibnu Majah)
Kenapa ganjaran lebih besar diberikan kepada orang yang memberikan pinjaman atau memberikan orang berhutang:

Nabi SAW bersabda yang bermaksud: "Sesuatu yang dipinjamkan oleh seseorang Muslim kepada Muslim yang lain sebanyak dua kali seperti bersedekah sekali (riwayat Ibn Hibban)."

Daripada Anas bin Malik r.a berkata Rasulullah SAW bersabda: "Aku melihat di malam aku diisrakkan ke langit tertulis di pintu syurga, digandakan sedekah dengan sepuluh gandaan dan digandakan al-qard dengan 18 gandaan, lalu aku bertanya kepada Jibril, adakah al-qard lebih afdal dari sedekah? Jibril berkata: peminta akan meminta walaupun ketika dia memiliki (sesuatu barangan) dan peminjam tidak akan meminjam kecuali kerana keperluan. (riwayat Ibn Majah, 2/812)

Kedua-dua hadis di atas menunjukkan Allah SWT akan memberi ganjaran pahala bagi mereka yang memberi pinjaman untuk membantu dan bagi menghulurkan pertolongan kepada mereka yang memerlukan.

Hutang Penghalang untuk Masuk Syurga

Dan dalam hadith yang lain daripada Ibnu Umar Radiallahu Anhuma Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah :-

Maksudnya : Sesiapa mati, sedangkan dia masih menanggung hutang satu dinar atau satu dirham, maka akan diambil ganti daripada kebaikannya, kerana di sana tidak ada dinar dan tidak ada pula dirham.

Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam selalu berdoa kepada Allah Subhanahu Wataala supaya terhindar dari berhutang. Doa baginda itu :- Ertinya : Ya Tuhanku, aku berlindung diri kepadamu dari bebanan hutang dan dari dikuasai orang lain.

Sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Imam At-Termizi dan Imam Ahmad dan Imam Ibni Hibban :- Maksudnya :

Roh seseorang mukmin itu tergantung yakni dihalang daripada tempat yang mulia dengan sebab hutangnya sehinggalah hutangnya itu dijelaskan.

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ada menjelaskan dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:- Maksudnya :

Sesiapa mengambil harta orang lain (berhutang) dan berniat akan membayarnya, maka Allah akan luluskan niatnya itu. Tetapi sesiapa mengambil dengan niat akan membinasakannya dengan tidak membayarnya maka Allah akan membinasakan dia.

Sumber dari Jabatan Hal Ehwal Masjid Brunei http://www.masjid. gov.bn/teks_ khutbah/1424/ Muharram/ 11.htm

HUTANG PENGHALANG UNTUK MASUK SYURGA

“Dari Abu Hurairah Radiallahuanhu dari Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam, Baginda bersabda: Orang kaya yang sengaja melengah-lengahkan pembayaran hutang adalah suatu kezaliman.”(Riwayat Al-Imam Al-Bukhari.)

Pada keesokan harinya seorang sahabat telah bertanya kepada Baginda: Wahai Rasulullah apakah yang sangat dahsyat yang telah turun itu? Baginda bersabda yang bermaksud:

“(Yang turun dahsyat itu) ialah mengenai hutang maka demi diri Muhammad di tangan-Nya (Allah Subhanahu Wataala), kalaulah seorang itu mati di dalam perang Sabilillah kemudian dihidupkan semula kemudian mati lagi dalam perang Sabilillah, kemudian dihidupkan semula akan tetapi ia ada mempunyai hutang yang belum dibayar maka ia tidak akan dimasukkan ke dalam Syurga sehinggalah hutangnya itu dibayarkan atau diselesaikan.”(Riwayat Al-Imam Ahmad).

Sumber dari Kementerian Hal Ehwal Ugama Brunei

Meninggal Dunia Dalam Keadaan Berhutang:
Bagaimana Nasibnya?

Oleh: Farid Nu’man Hasan

Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُصَلِّي عَلَى رَجُلٍ مَاتَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَأُتِيَ بِمَيِّتٍ فَقَالَ أَعَلَيْهِ دَيْنٌ قَالُوا نَعَمْ دِينَارَانِ قَالَ صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ

Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menshalatkan laki-laki yang memiliki hutang. Lalu didatangkan mayit ke hadapannya. Beliau bersabda: “Apakah dia punya hutang?” Mereka menjawab: “Ya, dua dinar.” Beliau bersabda: “Shalatlah untuk sahabat kalian.” (HR. Abu Daud No. 3343, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 3343)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ

“Jiwa seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai hutang itu dilunaskannya.” (HR. At Tirmidzi No. 1079, katanya: hasan. Ibnu Majah No. 2413. Ahmad No. 10607. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 6891, 11048, 11193, 17604 Syu’abul Iman No. 5543. Juga dalam As Sunan Ash Shaghir No. 1615, 1812. Al Hakim, Al Mustadarak ‘alsh Shahihain No. 2219, Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, 19/93/209. Ad Darimi No. 2591. Abu Ya’la No. 6026. Ibnu Hibban No. 3061, Ath Thayalisi dalam Musnadnya No. 2390, 2512. Alauddin Al Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Ummal No. 15488)

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. (Tahqiq Musnad Ahmad No. 10607). Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: hasan. (Tahqiq Musnad Abi Ya’la No. 6026). Imam Al Hakim menyatakan shahih sesuai standar Bukhari-Muslim, tapi mereka berdua tidak meriwayatkannya. (Al Mustadrak No. 2219). Syaikh Al Albani mengatakan shahih. (Shahihul Jami’ No. 6779, Misykah Al Mashabih No. 2915. Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 1078). Imam Ibnu Hajar mengatakan hadits ini dishahihkan oleh Imam Ibnu Hibban dan selainnya. (Fathul Bari, 7/461). Imam Asy Syaukani mengatakan para perawi hadits ini tsiqat (kredibel), kecuali Umar bin Abi Salamah bin Abdirrahman, dia jujur tetapi ada kesalahan. (Nailul ‘Authar, 6/114)

Syarah Hadits:

Hutang, walaupun sedikit tetaplah hutang, dia harus dibayarkan sebelum wafat. Jika tidak, maka akan menjadi hambatan bagi orang tersebut setelah wafatnya. Walau pun dia orang shalih dan mati syahid. Oleh karenanya, hendaknya ahli warisnya melunasi untuk kebaikan mayit tersebut di akhirat.

Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan:

فيه الحث للورثة على قضاء دين الميت والإخبار لهم بأن نفسه معلقة بدينه حتى يقضى عنه

Dalam hadits ini terdapat dorongan bagi ahli waris untuk melunasi hutang si mayit, dan pengabaran bagi mereka bahwa jiwa mayit tersebut tergantung karena hutangnya, sampai hutang itu lunas. (Nailul Authar, 4/23)

Jika belum dilunasi, maka jiwa mayit tersebut “tergantung” ……. Apa makna tergantung?

Para ulama berselisih pendapat dalam memaknai mu’allaqah (tergantung) dalam hadits ini. Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarfkafuri Rahimahullah menjelaskan:

قال السيوطي أي محبوسة عن مقامها الكريم وقال العراقي أي أمرها موقوف لا حكم لها بنجاة ولا هلاك حتى ينظر هل يقضى ما عليها من الدين أم لا انتهى

Berkata As Suyuthi, yaitu orang tersebut tertahan untuk mencapai tempatnya yang mulia. Sementara Imam Al ‘Iraqi mengatakan urusan orang tersebut terhenti (tidak diapa-apakan), sehingga tidak bisa dihukumi sebagai orang yang selamat atau binasa, sampai ada kejelasan nasib hutangnya itu sudah dibayar atau belum. Selesai. (Tuhfah Al Ahwadzi, 4/193)

Ada juga yang memaknai bahwa jiwa orang tersebut masyghul (gelisah) karena hutangnya. Hal itu dikatakan Imam Ash Shan’ani Rahimahullah sebagai berikut:

وهذا الحديث من الدلائل على أنه لا يزال الميت مشغولاً بدينه بعد موته، ففيه حث على التخلص عنه قبل الموت، وأنه أهم الحقوق، وإذا كان هذا في الدين المأخوذ برضا صاحبه فكيف بما أخذ غصباً ونهباً وسلباً؟

Hadits ini di antara dalil yang menunjukkan bahwa mayit akan senantiasa gundah (masyghul) dengan hutangnya setelah dia wafat. Pada hadits ini juga terdapat anjuran untuk membersihkannya dari hutang sebelum wafat, karena hutang adalah hak yang paling penting. Hal ini jika pada hutang yang diberikan menurut kerelaan pemiliknya, maka apa jadinya pada harta yang mengambilnya secara paksa dan merampas? (Subulus Salam, 2/92)

Bukan hanya itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga tidak mau menshalatkan jenazah yang masih memiliki hutang, padahal jika Beliau menshalatinya maka itu menjadi syafaat bagi mayit tersebut. Namun Beliau membolehkan para sahabatnya untuk menshalatkannya.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menjelaskan: وَكَانَ إذَا قُدّمَ إلَيْهِ مَيّتٌ يُصَلّي عَلَيْهِ سَأَلَ هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ أَمْ لَا ؟ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ دَيْنٌ صَلّى عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ لَمْ يُصَلّ عَلَيْهِ وَأَذِنَ لِأَصْحَابِهِ أَنْ يُصَلّوا عَلَيْهِ فَإِنّ صَلَاتَهُ شَفَاعَةٌ وَشَفَاعَتَهُ مُوجَبَةٌ Jika didatangkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seorang mayit, lalu dia hendak menshalatkan maka Beliau akan bertanya, apakah dia punya hutang atau tidak? Jika dia tidak punya hutang maka Beliau menshalatkannya, jika dia punya hutang maka Beliau tidak mau menshalatkannya, namun mengizinkan para sahabat menshalatkan mayit itu. Sesungguhnya shalat Beliau (untuk si mayit, pen) adalah syafaat (penolong) dan syafaat Beliau adalah hal yang niscaya. (Zaadul Ma’ad, 1/503) Dan, mayit yang berhutang juga terhalang masuk surga walau dia mati syahid. Hal ini berdasarkan beberapa riwayat berikut:

Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْن

“Orang yang mati syahid diampuni semua dosanya kecuali hutangnya.” (HR. Muslim No. 1886, Ahmad No. 7051, Abu ‘Uwanah No. 7369, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 2554, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Ummal No. 11110)

Dari Muhammad bin Jahsy Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ رَجُلاً قُتِلَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيِىَ ثُمَّ قُتِلَ مَرَّتَيْنِ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنَّةَ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ

Demi yang jiwaku ada ditanganNya, seandainya seorang laki-laki terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi, lalu dia terbunuh lagi dua kali, dan dia masih punya hutang, maka dia tidak akan masuk surga sampai hutangnya itu dilunasi. (HR. Ahmad No. 22546, An Nasa’i No. 4684, Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 556 dan Al Awsath No. 270, Al Hakim No. 2212, katanya: shahih. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 10754, ‘Abdu bin Humaid No. 367, Ibnu Abi ‘Ashim dalam Al Aahad wal Matsaani No. 928. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. Lihat Shahihul Jami’ No. 3600

Al Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah menjelaskan:

فيه تنبيه على أن حقوق الاَدمين والتبعات التى للعباد لا تكفرها الأعمال الصالحة وإنما تكفر ما بين العبد وربه

Pada hadits ini terdapat peringatan bahwa hak-hak yang terkait dengan manusia dan tanggungannya, tidaklah bisa dihapuskan dengan amal shalih, sebab amal shalih itu hanya menghapuskan hal-hal yang terkait antara manusia dengan Rabbnya. (Ikmalul Mu’allim, 6/155. Al Syarh Shahih Muslim, 6/362)

Imam Al Munawi Rahimahullah mengatakan:

والمراد به جميع حقوق العباد من نحو دم ومال وعرض فإنها لا تغفر بالشهادة وذا في شهيد البر أما شهيد البحر فيغفر له حتى الدين لخبر فيه

Maksud hutang di sini adalah semua hak manusia baik berupa darah, harta, dan kehormatan. Hal itu tidaklah bisa diampuni dengan mati syahid, itu untuk syahid perang darat, ada pun syahid perang laut, maka dia diampuni termasuk hutangnya, berdasarkan adanya riwayat tentang itu. (Faidhul Qadir, 6/599. Cet. 1, 1415H-1994M. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Libanon)

Demikian nasib orang berhutang jika dia wafat.

Lalu, hutang atau orang berhutang yang seperti apakah yang dimaksud hadits di atas? Apakah semua orang berhutang lalu meninggal maka keadaannya seperti itu? Atau untuk hutang tertentu?



Hutang diatas -yang membawa dampak buruk bagi mayit- adalah hutang yang dilakukan oleh orang yang tidak berniat untuk melunasinya, padahal dia mampu. Ada pun bagi yang berniat melunasinya, tetapi ajal keburu menjemputnya, atau orang yang tidak ada harta untuk membayarnya, dan dia juga berniat melunasinya, maka itu dimaafkan bahkan Allah Ta’ala yang akan membayarnya.

Al Qadhi ‘Iyadh mengatakan: ويكون هذا فيمن له بقضاء ما عليه من الدين



Hal ini berlaku bagi orang yang memiliki sesuatu (mampu) untuk melunasi hutangnya. (Al Ikmal, 6/155)

Berkata Imam As Syaukani Rahimahullah:

وهذا مقيد بمن له مال يقضى منه دينه وأما من لا مال له ومات عازمًا على القضاء فقد ورد في الأحاديث ما يدل على أن اللَّه تعالى يقضي عنه

Ini terikat pada siapa saja yang memiliki harta yang dapat melunasi hutangnya. Ada pun orang yang tidak memiliki harta dan dia bertekad melunaskannya, maka telah ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala akan melunasi untuknya. (Nailul Authar, 4/23)

Juga dikatakan oleh Imam Ash Shan’ani Rahimahullah: ويحتمل أن ذلك فيمن استدان ولم ينو الوفاء

Yang demikian itu diartikan bagi siapa saja yang berhutang namun dia tidak berniat untuk melunasinya. (Subulus Salam, 3/51)

Ini juga dikatakan Imam Al Munawi: والكلام فيمن عصى باستدانته أما من استدان حيث يجوز ولم يخلف وفاء فلا يحبس عن الجنة شهيدا أو غيره

Perbincangan tentang ini berlaku pada siapa saja yang ingkar terhadap hutangnya. Ada pun bagi orang yang berhutang dengan cara yang diperbolehkan dan dia tidak menyelisihi janjinya, maka dia tidaklah terhalang dari surga baik sebagai syahid atau lainnya. (Faidhul Qadir, 6/ 559)

Ada beberapa riwayat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menunjukkan bahwa orang yang berhutang lalu dia wafat dalam keadaan tidak ada kemampuan, padahal berniat untuk melunasinya maka Allah Ta’ala yang akan membayarkannya.

Dari Maimunah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasululah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدَّانُ دَيْنًا يَعْلَمُ اللَّهُ مِنْهُ أَنَّهُ يُرِيدُ أَدَاءَهُ إِلَّا أَدَّاهُ اللَّهُ عَنْهُ فِي الدُّنْيَا

“Tidaklah seorang muslim berhutang, dan Allah mengetahui bahwa dia hendak menunaikannya, melainkan Allah Ta’ala akan menunaikannya di dunia.” (HR. Ibnu Majah No. 2408, Ibnu Hibban No. 5041, Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 61, An Nasa’i No. 4686, juga dalam As Sunan Al Kubra No. 6285. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani, Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 2408, dan Shahihul Jami’ No. 5677)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ

“Barangsiapa mengambil harta manusia dan dia hendak melunasinya, maka niscaya Allah akan melunaskan baginya. Barangsiapa yang mengambil lalu hendak menghancurkannya maka Allah akan menghancurkan dia.” (HR. Bukhari No. 2387, Ahmad No. 8733, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 2146)

Kesimpulan:

Orang yang wafat –walau pun mati syahid- dalam keadaan berhutang yang tidak ada itikad baik untuk melunasinya padahal ada kemampuan untuk itu maka Allah Ta’ala menggantungkan nasibnya diakhirat, sebab hutang tersebut tidaklah terhapus dengan amal shalih, kecuali sampai hutang itu lunas. Maka hendaknya ahli warisnya mengetahui hal itu dan melunasinya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menshalatkan orang berhutang, namun memerintahkan para sahabat untuk menshalatkannya. Ini bermakna orang tersebut tidak mendapatkan syafaatnya dari sisi ini. Jumhur ulama mengatakan orang berhutang tetap dishalatkan.

Orang yang berniat membayar hutangnya, atau bagi orang yang tidak ada kemampuan, tetapi dia keburu wafat dan tidak sempat melunasinya, maka akan Allah Ta’ala yang akan menggantikanya. Wallahu A’lam

Dosa Tak Diampun Jika Lengah Bayar Hutang


Definisi dan konsep:

Menurut perspektif Islam hutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian bahawa orang yang diberi pinjam itu akan membayar dengan kadar sama.

Penerangan dan huraian:

Amalan berhutang kini menjadi persoalan biasa di kalangan masyarakat Islam. Sama ada ia atas nama pembiayaan peribadi, pelajaran, kereta, pemilikan kad kredit dan pelbagai skim ditawarkan syarikat perbankan, rata-rata ia memberi maksud hutang. Malah, kewujudan “Ah Long” juga adalah mata rantai kepada urusan pinjaman dan hutang.

Persoalan hutang dan pinjam meminjam adalah antara perbahasan yang berada dalam ruang lingkup perspektif Islam dan ia terikat dengan hukum ditetapkan syarak. Ianya dibahas dan dikupas oleh sarjana Islam dalam kitab fiqh menerusi keterangan yang ada dalam ayat al-Quran dan Hadis Nabawiyah.

Firman Allah S.W.T bermaksud:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya” (Surah al-Baqarah ayat 282).

Dalam ayat sama Allah melanjutkan Firman-Nya bermaksud:

“Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan benar, dan janganlah penulis enggan menulisnya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Allah, maka hendaklah ia menulis dan orang yang berhutang itu mengimlakkan (menyebutkan) mengenai apa yang ditulis itu dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan jangan ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.

Jika berhutang itu orang lemah akalnya atau lemah keadaan dirinya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya (penjaga) mengimlakkan butiran hutang itu dengan jujur. Persaksikanlah (urusan penulisan hutang itu) dengan dua orang saksi lelaki dari kalangan kamu, jika tidak ada dua orang lelaki, maka boleh dengan seorang saksi lelaki dan dua orang perempuan sebagai saksi yang kamu redhai supaya jika salah seorang lupa (butiran hutang piutang), maka seorang lagi boleh mengingatkannya”.

Ayat ini menjelaskan bahawa Islam membenarkan amalan berhutang dengan pelbagai syarat dan peraturan supaya kezaliman di antara manusia tidak berlaku dan urusan pinjaman berlaku secara adil dan reda meredai.

Secara dasarnya Islam membolehkan kepada seseorang untuk berhutang atas faktor yang memaksa seperti masalah kesempitan hidup. Namun begitu, perlu diperjelaskan di sini bahawa bebanan bakal diterima si penghutang adalah berat, terutama jika hutang tidak dibayar. Lebih berat jika dia meninggal dunia dalam keadaan hutang tidak dilangsaikan.

Kepada si pemberi hutang, sebenarnya kesudian memberi pinjam kepada orang lain adalah digalakkan terutama kepada mereka yang berkemampuan dan berpendapatan tinggi. Orang yang memberi hutang termasuk dalam golongan mereka yang berhati mulia. Mereka memberi pertolongan kepada golongan yang memerlukan dan mereka akan diberi pahala daripada Allah.

Firman-Nya yang bermaksud :
“Dan bertolong-tolonglah kamu atas tujuan kebaikan dan janganlah kamu tolong-menolong dalam perkara dosa dan permusuhan.” (Surah al-Maidah ayat 2)

Ia diperkuatkan lagi dengan sabda Rasulullah bermaksud:

“Barang siapa melapangkan dari orang mukmin kedukaan dunia, nescaya Allah akan melapangkan dia dari satu kedukaan pada hari kiamat, dan barang siapa memudahkan atas orang yang susah, nescaya Allah akan memudahkan atasnya dalam urusan dunia dan akhirat.” (Riwayat Muslim – 032/6250)

Ketika menjelaskan hadis ini, Imam al-Nawawi dalam kitabnya Hadis 40 menyebut secara jelas satu contoh menarik iaitu mengenai adab berhutang. Beliau menyebut kemudahan kepada orang yang susah atau yang sempit jika dalam urusan hutang ialah memberi tempoh sewajarnya untuk pembayaran hutang selepas orang yang berhutang itu tidak berkemampuan membayarnya, malah lebih mulia lagi jika hutang itu digugurkan atau diberi beberapa kemudahan lain untuk menjelaskan hutang itu.

Perkara zalim dalam urusan hutang piutang mesti dielakkan dan dijauhkan seperti mengenakan riba’, faedah dan bunga yang tinggi kerana ia ternyata membebankan si penghutang. Lebih parah dengan kadar bunga yang terlalu tinggi menyebabkan berlaku nilai bunga yang sepatutnya dibayar semula jauh lebih tinggi daripada kadar wang dipinjam. Ia ternyata penganiayaan kepada manusia lemah dan tidak berkemampuan.

Kepada orang berhutang pula, sebaik-baiknya berusaha dengan tangan sendiri sebelum mengambil keputusan meminta-minta atau berhutang dengan orang lain. Orang yang suka berhutang seolah-olah menafikan kebolehan yang ada pada dirinya untuk berusaha sendiri mencari rezeki keperluan hidup.

Sebaik-baiknya cubalah elakkan diri daripada berhutang. Namun, apabila keadaan terlalu mendesak dan tiada jalan lain untuk memperoleh wang, maka di sinilah Islam membenarkan amalan berhutang.

Apabila sudah mula meminjam, aturkan jadual pembayaran hutang secara berterusan dan konsisten mengikut jadual serta menepati syarat perjanjian supaya tidak menimbulkan masalah pada kemudian hari. Cuba elakkan daripada mengambil kesempatan melambat-lambatkan pembayaran hutang kerana ia bukan sahaja menyusahkan diri sendiri malah kepada orang yang memberi hutang.

Ada beberapa ingatan daripada Rasulullah kepada mereka yang berhutang, sama ada yang suka berhutang, melambat-lambatkan pembayaran hutang atau mereka yang tidak melangsaikan hutangnya.

Rasulullah turut memberi ingatan bahawa jika seseorang itu meninggal dunia, sedangkan dia masih berhutang, dosanya tidak akan diampunkan walaupun dia mati syahid dalam peperangan.

Seseorang yang berhutang hendaklah berikhtiar dan berusaha membayar hutang yang dipinjamnya kerana hutang itu wajib dibayar. Tindakan menunda atau melewatkan pembayaran hutang dilarang kerana itu satu kezaliman.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang maksudnya:

“Penundaan hutang bagi mereka yang mampu adalah satu kezaliman.” (Riwayat Bukhari – 41/585)

Sementara itu, sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat Melayu ketika menurunkan jenazah dari atas rumah menuju ke tanah perkuburan, waris si mati akan mengumumkan kepada orang yang hadir supaya menuntut mana-mana hutang yang ditinggalkan si mati.

Berkaitan hutang juga, roh si mati hanya akan bebas selepas segala hutangnya dijelaskan oleh warisnya atau sesiapa yang sanggup mengambil alih untuk menjelaskan hutangnya itu seperti orang perseorangan mahupun baitulmal.

Saturday, May 12, 2012

KEPANASAN NERAKA

Telah tersebut di dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah (ra) bahawa Rasulullah (saw) bersabda; “Kepanasan api kamu (di dunia ini) adalah sebahagian dari 70 bahagian dari kepanasan api neraka, berkata sahabat Baginda Mulia, wahai Rasulullah jika (kepanasan api neraka itu) sama dengan kepanasan api (di dunia) ini pun sudah cukup, jawab Baginda Mulia telah dilipat gandakan lebih kepanasannya dari api (di dunia) ini sebanyak 69 kali ganda lagi.” (HR Bukhari dan Mishkat). Neraka dibelenggukan di hari kiamat Dari Ibn Masud (ra) bahawa Rasulullah (saw) bersabda; “Dibawakan kehadapan akan Neraka (Jahannam) pada hari Kiamat dengan dibelenggukan dengan 70 ribu belenggu (besi) dan ia ditarik oleh 70 ribu Malaikat (as) pada satu-satu rantai belenggu.” (HR Muslim dan Mishkat) Ulasannya (1) Pada satu rantai belengguan neraka akan ditarik oleh 70 ribu malaikat (as), maka jumlah malaikat yang menarik neraka dengan belengguan sebanyak 70 ribu itu ialah 4,900,000,000. (2) Neraka kesemuanya ada 7 buah, dan tiap-tiap buah adalah lebih besar dari dunia ini. Keadaan Neraka pada hari Kiamat (1) Neraka adalah salah satu makhluk Allah (swt) yang besar, dan tidak ada siapa pun yang mengetahui tentang bilangan makhluknya yang akan dimasukkan ke dalamnya melainkan Allah (swt) sahaja. (2) Makhluk Allah (swt) pula terlalu ramai, sama ada yang berada di dunia ini, atau di langit, atau di neraka, syurganya, arasynya atau di mana-mana sahaja melainkan Allah (swt) sahaja yang mengetahuinya. Begitu juga yang tidak hidup secara kasar selain dari manusia, binatang dan lain-lain lagi, contohnya seperti pasir, bukit, pokok kayu, batu, tanah liat, (berapa jenis), berapa banyak, tiada juga diketahui oleh sesiapa pun melainkan Allah (swt) sahaja, atau orang yang telah diberitahu olehnya. (3) Angka bilangan yang telah dicipta oleh akal manusia yang cetek dari dulu sampai sekarang, tidak mampu membilang bilangan pasir apatah lagi dengan pasir di sebuah sungai, di tepi pantai dalam satu-satu lautan yang berselerak di serata dunia ini, pendek kata makhluk Allah (swt) hanya beliau sahaja mengetahui bilangannya. (4) Kehadiran makhluknya yang dimukallaf seperti manusia dan jin, atau tidak dimukallafkan seperti binatang di padang Mahsyar, manusia dan jin yang mana sebahagian besar mereka itu adalah tidak beriman kepada agama Allah (swt) di dunia dulu, dan mereka ini adalah menjadi habuan yang telah ditetapkan baginya (neraka), dengan itu membuatkan neraka yang hidup itu dapat mengesan kehadiran mangsa-mangsanya itu di padang Mahsyar, maka ia telah naik berang, ia mengamuk, sehingga tidak terkawal oleh malaikat yang menjaganya, hanya Allah (swt) sahaja yang dapat mententeram dan mengawalnya. Firman Allah (swt) berhubung dengan amukannya (neraka) yang mafhumnya; “Hampir Neraka itu pecah kerana kemarahannya.” ( al-Mulk ayat 8 ).

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Tiga Watak Di Akhir Zaman : Imam Mahdi, Dajjal dan Nabi Isa AS

Ada disebutkan dalam Atsar, kata-kata sahabat yang menerangkan tanda-tanda sudah dekatnya kemunculan Imam Mahdi. Menurut riwayat apabila sudah dekat kedatangan Imam Mahdi akan banyak terjadi peperangan, banyak bencana dan banyak bala. Pada masa itu nanti semakin banyak terjadi pembunuhan dan peperangan. Orang mahu berbunuh-bunuhan kerana masalah remeh-temeh. Antara satu kumpulan dengan kumpulan lain, begitu juga antara satu negara dengan negara lain berperang kerana masalah kecil. Bencana semakin banyak berlaku, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, angin puting beliung, banjir dan sebagainya. Begitu juga penyakit, semakin banyak jenis penyakit dan semakin ramai manusia yang berpenyakit. Menjelang datangnya Imam Mahdi nanti akan muncul api yang besar dari arah Masyriq (tempat terbitnya matahari) dan menerangi seluruh ufuk selama tiga malam. Pada masa itu juga nanti lengkaplah jumlah orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi berjumlah enam puluh orang. Masa itu akan tenggelam kampung-kampung di negeri Syam(Kawasan di Syria). Akan datang angin yang hitam yang me-nyebabkan manusia ramai yang mati. Sungai Furat di Iraq akan melimpah (banjir) yang menyebabkan kota Kufah tenggelam. Akan terdengar suara seruan dari langit. Suara itu dapat didengar oleh semua manusia yang ada di dunia. Dan yang paling menghairankan lagi, suara itu dapat difahami oleh semua orang. Orang yang hanya tahu atau faham bahasa Inggeris faham mendengar seruan dari langit itu, begitu juga pengguna bahasa Cina, bahasa India, bahasa Melayu, bahasa Arab dan sebagainya. Mungkin juga panggilan itu dalam bahasa Arab tetapi semua orang mendengar dalam bahasanya sendiri. Terdengar suara pada tengah malam bulan Ramadan yang menyebabkan semua orang yang tidur terbangun atau terperanjat. Banyak pembunuhan dan banyak peperangan berlaku sehingga darah mengalir di jalan-jalan raya. Orang semkain berani berbuat jahat tidak kira tempat dan waktu. Pada masa itu nanti yang diangkat menjadi pemimpin pun terdiri dari orang-orang jahat. Pemimpinnya jahat dan orang yang dipimpin pun sama-sama jahat. Dalam hadis dikatakan ramai manusia pada masa itu nanti yang beriman pada waktu petang tetapi esok paginya sudah menjadi kafir. Namun demikian ramai ulama yang mengertikan hadis itu dengan kufur nikmat. Bukan bererti petang dia masih Islam esok harinya sudah Nasrani atau Yahudi misalnya. Maksud hadis itu menurut ulama menunjukkan banyaknya orang yang kafir nikmat. Apa-apa nikmat dan pemberian Allah tidak disyukuri dan tidak digunakan kepada yang diredai Allah SWT. Menjelang turunnya Imam Mahdi dikatakan pasukan tentera dari Turki akan datang ke jazirah Arab. Mereka datang untuk menakluki tanah-tanah jazirah Arab. Mereka bunuh pemimpin-pemimpinnya dan mereka kuasai daerahnya. Dalam keadaan dunia yang buruk dan kacau itu tiba-tiba muncullah Imam Mahdi. Beliau datang untuk meneruskan atau menyambung perjuangan datuknya (Nabi Muhammad s.a.w) untuk mengatasi kekalutan dan kekacauan yang dihadapi umat. Semua makhluk yang ada di langit dan yang ada di bumi merasa gembira dengan kedatangan Imam Mahdi itu. Bukan hanya manusia yang gembira, tetapi juga binatang buas, burung-burung dan makhluk lainnya. Imam Mahdi itu adalah seorang lelaki yang soleh dari keluarga Rasulullah s.a.w yang ada ketika itu (pada masa munculnya) nanti. Dia diangkat orang menjadi pemimpin ketika manusia di seluruh dunia nanti sudah begitu buruk keadaannya. Mereka mengangkat Imam Mahdi menjadi pemimpin ketika itu nanti setelah melihatnya berilmu, berakhlak dan mempunyai banyak kelebihan. Manusia yang ada pada zaman itu nanti mengharap semoga dia dapat mengembalikan dunia kepada kebaikan. Dengan perasaan yang cukup berat, dia (Imam Mahdi) menerimanya. Dia sendiri tidak tahu yang dirinyalah Imam Mahdi yang ditakdirkan Allah SWT untuk diutus ke dunia. Begitu juga manusia sedunia yang telah mengangkatnya menjadi pemimpin dunia, tidak tahu bahawa orang yang mereka angkat itu adalah Imam Mahdi. Kerana tidak tahu yang dirinya Imam Mahdi dan tidak berapa suka menjadi pemimpin, sudah tentu dia pun tidak ada berkempen mengajak orang untuk mengangkatnya. Setelah dia memimpin dunia dengan baik barulah orang tahu bahawa itu adalah Imam Mahdi. Dia tunjukkan perilaku yang baik, dia ajak manusia mengerjakan yang makruf dan meninggalkan yang mungkar, kemudian orang pun mengikuti arahannya. Mengapa manusia yang sudah begitu lama bergelimang dengan dosa mahu diajak kepada kebaikan? Ini tentunya samalah dengan zaman jahiliah dahulu, yang mana keadaan masyarakat sudah begitu buruk, tiba-tiba datang seorang utusan Allah untuk membaiki keadaan dunia, orang pun terus mengikutnya. Manusia mahu diajak kepada kebaikan tentunya setelah melihat orang yang mengajak itu mempunyai banyak kelebihan, dan yang paling penting orang yang mengajak itu berjuang dengan ikhlas dan sesuai kata-kata dengan perbuatannya. Jadi nanti manusia seluruh dunia mengikut ajarannya kemudian dia pun mengatur dunia dengan baik. Keadilan dapat ditegakkan seperti zaman Rasulullah s.a.w. dahulu. Kerana keadaan masyarakat sudah baik dan sudah beriman, malapetaka dan musibah berkurangan. Bahkan rahmat Allah pula yang datang dan rezeki melimpah ruah. Setelah dunia aman dan makmur serta melihat pemimpinnya tidak terpedaya oleh kesenangan dunia, tahulah mereka bahawa yang memimpin mereka itu adalah Imam Mahdi. ----------------------------- Kedatangan Dajjal Riwayat Muslim yang diterima dari Fatimah binti Qais mengatakan: "Saya telah mendengar muazzin Rasulullah s.a.w memanggil untuk solat. Saya pun pergi ke masjid dan solat bersama Rasulullah s.a.w. Selesai solat, Rasulullah s.a.w naik ke atas mimbar. Nampak semacam bergurau Baginda tertawa dan berkata: "Jangan ada yang bergerak. Hendaklah semua duduk di atas sajadahnya." Kemudian berkata: "Tahukah kamu mengapa aku memerintahkan kamu jangan ada yang pulang?" Kami menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Rasulullah s.a.w berkata lagi: "Demi Allah aku me-nyuruh kamu berkumpul di sini bukan ingin menakut-nakuti dan bukan memberi khabar gembira. Aku ingin menceritakan kepada kamu bahawa Tamim Al-Dariy adalah seorang Nasrani, kemudian dia datang menjumpai aku dan masuk Islam. Dia ada bercerita kepadaku tentang satu kisah tentang Dajjal. Kisah yang dia ceritakan itu sesuai dengan apa yang telah aku ceritakan kepada kamu sebelumnya. Katanya dia bersama 30 orang kawannya pergi ke laut dengan menaiki kapal. Angin kencang datang bertiup dan ombak besar membawa mereka ke tengah-tengah samudera yang luas. Mereka tidak dapat menghalakan kapalnya ke pantai sehingga terpaksa berada di atas laut selama satu bulan. Akhirnya mereka terdampar di sebuah pulau menjelang terbenamnya matahari. Di pulau yang tidak ditempati orang itu mereka berjumpa dengan binatang yang sangat tebal bulunya sehingga tidak nampak mana jantina dan duburnya. Mereka bertanya kepada binatang itu: "Makhluk apa engkau ini?" Binatang itu menjawab: "Saya adalah Al-Jassasah." Mereka tanya: "Apa itu Al-Jassasah?" Binatang itu hanya menjawab: "Wahai kumpulan lelaki, pergilah kamu ke tempat ini untuk menjumpai lelaki macam ini, sesungguhnya dia pun ingin berjumpa dengan kamu. Mereka pun pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh binatang itu. Di sana mereka menjumpai seorang lelaki yang sangat besar dan tegap. Ertinya mereka tidak pernah melihat orang sebesar itu. Dari tangannya sampai ke tengkuknya dikuatkan dengan besi, begitu juga dari lututnya sampai ke telapak kakinya. Mereka bertanya: "Siapakah anda?" Orang seperti raksaksa itu menjawab: "Kamu telah mendengar cerita tentang aku. Sekarang aku pula ingin bertanya: "Siapa kamu ini?" Mereka menjawab: "Kami adalah manusia berbangsa Arab. Kami pergi ke laut menaiki kapal, tiba-tiba datang ombak besar membawa kami ke tengah-tengah samudera luas dan kami berada di lautan selama satu bulan. Akhirnya kami terdampar di pulau yang tuan tempati ini. "Pada mulanya kami berjumpa dengan binatang yang sangat tebal bulunya sehingga kami tidak dapat mengenali jantinanya. Kami tanya siapa dia katanya Al-Jassasah. Kami tanya apa maksudnya dia hanya menjawab: "Wahai kumpulan lelaki, pergilah kamu ke tempat ini untuk menjumpai lelaki macam ini, sesungguhnya dia pun ingin berjumpa dengan kamu." Itulah sebabnya kami datang ke tempat ini. Sekarang kami sudah berjumpa dengan tuan dan kami ingin tahu siapa tuan sebenarnya." Makhluk yang sangat besar itu belum menjawab soalan mereka terus sahaja mengemukakan soalan: "Ceritakan kamu kepadaku keadaan kebun kurma yang di Bisan itu," nama tempat di negeri Syam. Mereka menjawab: "Keadaan apanya yang tuan maksudkan?" Orang besar itu menjawab: "Maksudku apakah pokok kurma itu berbuah?" Setelah mereka menjawab bahawa pokok kurma itu berbuah, orang besar tadi berkata: "Aku takut pokok itu tidak berbuah." Orang besar itu bertanya lagi: "Ceritakan kepadaku tentang sungai Tabarah." Mereka menjawab: "Tentang apanya yang tuan maksudkan?" Lelaki itu menjawab: "Maksudku airnya apakah masih ada." Mereka menjawab: "Airnya tidak susut." Lelaki itu berkata: "Air sungai itu disangsikan akan kering." Akhirnya lelaki seperti raksaksa itu berkata: "Kalau begitu ceritakan kepadaku tentang Nabi Al-Amin itu, apa yang dia buat?" Mereka menjawab: "Dia telah berhijrah dari Makkah ke Madinah." Lelaki itu bertanya lagi: "Apakah dia diperangi oleh orang-orang Arab?" Mereka menjawab: "Ya, dia diperangi oleh orang-orang Arab." Lelaki itu bertanya lagi: "Kalau begitu apa pula tindakan dia terhadap mereka?" Mereka ceritakan bahawa Rasulullah s.a.w telah mengembangkan dakwahnya dan sudah ramai pengikutnya. Orang besar itu berkata lagi: "Memang begitulah, padahal mereka beruntung jika taat kepadanya." Kata orang besar itu lagi: "Sekarang aku terangkan kepada kamu bahawa aku adalah Al-Masih Dajjal. Nanti aku akan diberi izin keluar, lalu aku pun akan menjelajah dunia ini. Dalam masa empat puluh malam sudah dapat aku jalani semua, kecuali Makkah dan Madinah yang aku tidak dapat memasukinya. Negeri Makkah dan Madinah dikawal oleh para Malaikat, maka aku tidak dapat menembusinya." Kata Tamim Al-Dariy lagi, "Rasulullah s.a.w menekankan tongkatnya di atas mimbar sambil berkata: "Inilah negeri yang tidak dapat dimasukinya itu, iaitu Madinah. Saudara-saudara sekalian apakah sudah aku sampaikan cerita ini kepada kamu?" Mereka menjawab: "Ya, sudah ya Rasulullah." Rasulullah s.a.w berkata lagi: "Sememangnya hadis Tamim itu lebih meyakinkan saya lagi. Ceritanya itu bersesuaian dengan apa yang telah aku sampaikan kepada kamu sebelumnya, iaitu tentang Makkah dan Madinah yang dikatakan tidak dapat dimasuki Dajjal. Cuma dia ada mengatakan di lautan Syam atau di laut Yaman. Tidak, bahkan ia dari arah timur. Ia dari arah timur," kata Rasulullah s.a.w sambil menunjuk ke arah timur. Rasulullah s.a.w telah menguatkan lagi bahawa Dajjal akan datang dari arah timur. Ada yang mengatakan bahawa Dajjal akan datang dari Khurasan atau Asfihan. -------------------------------------------------------------- Khutbah Rasulullah SAW tentang Dajjal Dari Abi Umamah Al-Bahiliy, beliau berkata: "Rasululah s.a.w telah berkhutbah di hadapan kami. Dalam khutbahnya itu Baginda banyak menyentuh masalah Dajjal. Baginda telah bersabda: "Sesungguhnya tidak ada fitnah (kerosakan) di muka bumi yang paling hebat selain daripada fitnah yang dibawa oleh Dajjal. Setiap Nabi yang diutus oleh Allah SWT ada mengingatkan kaumnya tentang Dajjal. Aku adalah nabi yang terakhir sedangkan kamu adalah umat yang terakhir. Dajjal itu tidak mustahil datang pada generasi (angkatan) kamu. Seandainya dia datang sedangkan aku masih ada di tengah-tengah kamu, maka aku adalah sebagai pembela bagi setiap mukmin. Kalau dia datang sesudah kematianku, maka setiap orang menjaga dirinya. Dan sebenarnya Allah SWT akan menjaga orang-orang mukmin. "Dajjal itu akan datang nanti dari satu tempat antara Syam dan Irak. Dan mempengaruhi manusia dengan begitu cepat sekali. Wahai hamba Allah, wahai manusia, tetaplah kamu. Di sini akan saya terangkan kepada kamu ciri-ciri Dajjal, yang belum diterangkan oleh nabi-nabi sebelumku kepada umatnya. "Pada mulanya nanti Dajjal itu mengaku dirinya sebagai nabi. Ingatlah, tidak ada lagi nabi sesudah aku. Setelah itu nanti dia mengaku sebagai Tuhan. Ingatlah bahawa Tuhan yang benar tidak mungkin kamu lihat sebelum kamu mati. Dajjal itu cacat matanya sedangkan Allah SWT tidak cacat, bahkan tidak sama dengan baharu. Dan juga di antara dua mata Dajjal itu tertulis KAFIR, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin yang pandai membaca atau buta huruf. "Di antara fitnah Dajjal itu juga dia membawa syurga dan neraka. Nerakanya itu sebenarnya syurganya sedangkan syurganya itu neraka, yakni panas. Sesiapa di antara kamu yang disiksanya dengan nerakanya, hendaklah dia meminta pertolongan kepada Allah dan hendaklah dia membaca pangkal surah Al-Kahfi, maka nerakanya itu akan sejuk sebagaimana api yang membakar Nabi Ibrahim itu menjadi sejuk. "Di antara tipu dayanya itu juga dia berkata kepada orang Arab: "Seandainya aku sanggup menghidupkan ayah atau ibumu yang sudah lama meninggal dunia itu, apakah engkau mengaku aku sebagai Tuhanmu?" Orang Arab itu akan berkata: "Tentu." Maka syaitan pun datang menyamar seperti ayah atau ibunya. Rupanya sama, sifat-sifatnya sama dan suaranya pun sama. Ibu bapanya berkata kepadanya: "Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dialah Tuhanmu." "Di antara tipu dayanya juga dia tipu seseorang, yakni dia bunuh dan dia belah dua. Setelah itu dia katakan kepada orang ramai: "Lihatlah apa yang akan kulakukan terhadap hambaku ini, sekarang akan kuhidupkan dia semula. Dengan izin Allah orang mati tadi hidup semula. Kemudian Laknatullah Alaih itu bertanya: "Siapa Tuhanmu?" Orang yang dia bunuh itu, yang kebetulan orang beriman, menjawab: "Tuhanku adalah Allah, sedangkan engkau adalah musuh Allah." Orang itu bererti lulus dalam ujian Allah dan dia termasuk orang yang paling tinggi darjatnya di syurga." Kata Rasulullah s.a.w lagi: "Di antara tipu dayanya juga dia suruh langit supaya menurunkan hujan tiba-tiba hujan pun turun. Dia suruh bumi supaya mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya tiba-tiba tumbuh. Dan termasuk ujian yang paling berat bagi manusia, Dajjal itu datang ke perkampungan orang-orang baik dan mereka tidak me-ngakunya sebagai Tuhan, maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman dan ternakan mereka tidak menjadi. "Dajjal itu datang ke tempat orang-orang yang percaya kepadanya dan penduduk kampung itu mengakunya sebagai Tuhan. Disebabkan yang demikian hujan turun di tempat mereka dan tanam-tanaman mereka pun menjadi. "Tidak ada kampung atau daerah di dunia ini yang tidak didatangi Dajjal kecuali Makkah dan Madinah. Kedua-dua kota itu tidak dapat ditembusi oleh Dajjal kerana dikawal oleh Malaikat. Dia hanya berani menginjak pinggiran Makkah dan Madinah. Namun demikian ketika Dajjal datang ke pergunungan di luar kota Madinah, kota Madinah bergoncang seperti gempa bumi. Ketika itu orang-orang munafik kepanasan seperti cacing dan tidak tahan lagi tinggal di Madinah. Mereka keluar dan pergi bergabung dengan orang-orang yang sudah menjadi pengikut Dajjal. Inilah yang dikatakan hari pembersihan kota Madinah. Dalam hadis yang lain, "di antara fitnah atau tipu daya yang dibawanya itu, Dajjal itu lalu di satu tempat kemudian mereka mendustakannya (tidak beriman kepadanya), maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman mereka tidak menjadi dan hujan pun tidak turun di daerah mereka. Kemudian dia lalu di satu tempat mengajak mereka supaya beriman kepadanya. Mereka pun beriman kepadanya. Maka disebabkan yang demikian itu Dajjal menyuruh langit supaya menurunkan hujannya dan menyuruh bumi supaya menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya. Maka mereka mudah mendapatkan air dan tanam-tanaman mereka subur." Dari Anas bin Malik, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: "Menjelang turunnya Dajjal ada tahun-tahun tipu daya, iaitu tahun orang-orang pendusta dipercayai orang dan orang jujur tidak dipercayai. Orang yang tidak amanah dipercayai dan orang amanah tidak dipercayai." Dari Jabir bin Abdullah, katanya Rasulullah s.a.w ada bersabda: "Bumi yang paling baik adalah Madinah. Pada waktu datangnya Dajjal nanti ia dikawal oleh malaikat. Dajjal tidak sanggup memasuki Madinah. Pada waktu datangnya Dajjal (di luar Madinah), kota Madinah bergegar tiga kali. Orang-orang munafik yang ada di Madinah (lelaki atau perempuan) bagaikan cacing kepanasan kemudian mereka keluar meninggalkan Madinah. Kaum wanita adalah yang paling banyak lari ketika itu. Itulah yang dikatakan hari pembersihan. Madinah membersihkan kotorannya seperti tukang besi membersihkan karat-karat besi." Diriwayatkan oleh Ahmad, hadis yang diterima dari Aisyah r.a. mengatakan: "Pernah satu hari Rasulullah s.a.w masuk ke rumahku ketika aku sedang menangis. Melihat saya menangis beliau bertanya: "Mengapa menangis?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah, engkau telah menceritakan Dajjal, maka saya takut mendengarnya." Rasulullah s.a.w berkata: "Seandainya Dajjal datang pada waktu aku masih hidup, maka aku akan menjaga kamu dari gangguannya. Kalau dia datang setelah kematianku, maka Tuhan kamu tidak buta dan cacat." Dari Jabir bin Abdullah, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: "Dajjal muncul pada waktu orang tidak berpegang kepada agama dan jahil tentang agama. Pada zaman Dajjal ada empat puluh hari, yang mana satu hari terasa bagaikan setahun, ada satu hari yang terasa bagaikan sebulan, ada satu hari yang terasa satu minggu, kemudian hari-hari berikutnya seperti hari biasa." Ada yang bertanya: "Ya Rasulullah, tentang hari yang terasa satu tahun itu, apakah boleh kami solat lima waktu juga?" Rasulullah s.a.w menjawab: "Ukurlah berapa jarak solat yang lima waktu itu." Menurut riwayat Dajjal itu nanti akan berkata: "Akulah Tuhan sekalian alam, dan matahari ini berjalan dengan izinku. Apakah kamu bermaksud menahannya?" Katanya sambil ditahannya matahari itu, sehingga satu hari lamanya menjadi satu minggu atau satu bulan. Setelah dia tunjukkan kehebatannya menahan matahari itu, dia berkata kepada manusia: "Sekarang apakah kamu ingin supaya matahari itu berjalan?" Mereka semua menjawab: "Ya, kami ingin." Maka dia tunjukkan lagi kehebatannya dengan menjadikan satu hari begitu cepat berjalan. Menurut riwayat Muslim, Rasulullah s.a.w bersabda: "Akan keluarlah Dajjal kepada umatku dan dia akan hidup di tengah-tengah mereka selama empat puluh. Saya sendiri pun tidak pasti apakah empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah SWT mengutus Isa bin Maryam yang rupanya seolah-olah Urwah bin Mas'ud dan kemudian membunuh Dajjal itu." Dan menurut ceritanya setelah munculnya Dajjal hampir semua penduduk dunia menjadi kafir, yakni beriman kepada Dajjal. Menurut ceritanya orang yang tetap dalam iman hanya tinggal 12,000 lelaki dan 7,000 kaum wanita. Wallahu A'lam. ---------------------------------- Kedatangan Nabi Isa Diriwayatkan oleh Muslim dari Al-Nawas bin Sam'an bahawa Rasulullah bersabda tentang Nabi Isa: "Beliau akan turun berdekatan dengan menara putih di timur Damsyik, dengan memakai pakaian kuning. Dua telapak tangannya terletak di atas sayap dua malaikat. Apabila dia menundukkan kepalanya menitislah air. Apabila dia mengangkat kepalanya lagi, turunlah daripadanya seperti untaian mutiara." Berdasarkan hadis ini bererti Nabi Isa akan turun di Syam, bahkan juga di Damsyik, iaitu di sisi menara sebelah timur. Beliau akan turun pada waktu fajar. Ibnu Katsir ada berkata: "Sesungguhnya tidak ada di Damsyik menara yang dikenal di sebelah timurnya kecuali yang berada disamping masjid jamik Amawi, iaitu di sebelah timur Damsyik." Menara tersebut telah diperbaiki pada zaman Ibnu Katsir, iaitu pada tahun 741 hijrah. Pembiayaannya diambil dari harta orang-orang Nasrani yang sebelumnya telah membakar menara masjid tersebut. Besar kemungkinan nanti Nabi Isa akan turun di tempat itu. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: "Para nabi semuanya bersaudara disebabkan ayah mereka satu dan hanya ibu mereka yang berlainan. Sedangkan agama mereka adalah satu. Dan akulah orang yang paling dekat dengan Isa bin Maryam kerana tidak ada Nabi di antara kami. Sesungguhnya dia akan turun. Apabila dia turun nanti, untuk mengenalinya orangnya sedang dan kulitnya putih kemerah-merahan. Dia memakai pakaian yang kuning. Dari kepalanya seperti menitis air walaupun rambut dan kepalanya tidak basah. Dia akan mengajak orang kepada Islam. Pada zamannya juga nanti dia akan menghancurkan segala agama kecuali Islam. Allah SWT akan membinasakan Dajal pada zamannya, bahkan di tangannya. Pada zamannya nanti dunia akan aman sehingga harimau dan unta berkawan dengan baik. Begitu juga harimau dengan lembu, serigala dengan kambing. Kanak-kanak akan bermain dengan ular dan ular itu tidak menggigit mereka. Keadaan seperti itu b erjalan selama empat puluh tahun. Kemudian Nabi Isa a.s. wafat dan disembahyangkan oleh kaum muslimin." Muhammad s.a.w adalah nabi penutup dan tidak akan ada lagi nabi sesudahnya. Turunnya Nabi Isa pada akhir zaman akan menguatkan lagi kebenaran agama Islam. Islam bererti menyerahkan segala urusan bagi Allah yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, beriman dengan semua Rasul, berserah kepada Allah dan taat dengan sebenar-benar taat. Itu semua sebenarnya sudah dianjurkan oleh agama-agama langit semenjak zaman Nabi Ibrahim, selaku bapa nabi-nabi, sampai kepada Muhammad s.a.w selaku nabi terakhir. Isa a.s. adalah nabi dan rasul yang mulia, datang dari sisi Allah. Beliau dahulu sudah ada membawa syariat kepada umatnya tiba-tiba beliau diangkat ke langit. Nanti di akhir zaman beliau akan turun lagi dengan izin Allah tetapi bukan membawa agama atau syariat baru. Beliau datang nanti untuk menguatkan agama Islam, Ummu Syuraik bertanya kepaad Rasulullah s.a.w tentang hari Dajal: "Ya Rasulullah, ke mana orang-orang Arab ketika itu?" Rasulullah s.a.w menjawab: "Jumlah mereka pada waktu itu terlalu sedikit. Mereka lari ke Baitul Maqdis menjumpai Imam mereka, seorang lelaki soleh (Imam Mahdi menurut riwayat itu). "Ketika Imam mereka sudah berdiri di depan untuk mengimami solat Subuh, tiba-tiba datang Nabi Isa. Imam mereka itu mundur untuk memberi peluang kepada Nabi Isa untuk mengimami solat Subuh itu tetapi Isa a.s sambil memegang bahu Imam itu berkata: "Teruskanlah, sesungguhnya iqamat dibacakan untuk engkau." Maka sembahyanglah mereka semua di belakang Imam tadi. "Selesai solat, Isa a.s berkata kepada semua jemaah: "Bukakan pintu itu." Mereka membuka pintu masjid itu, tiba-tiba Dajal sudah berdiri di situ dan di belakangnya ada 70,000 Yahudi lengkap membawa senjata. "Melihat Nabi Isa ada di dalam masjid itu, Dajal tiba-tiba saja layu atau cair seperti cairnya garam disirami air. Dajal itu lari terbirit-birit kerana ketakutan. Nabi Isa bersama kaum Muslimin terus saja mengejarnya kemudian menjumpainya di Babu Luddi. Dan di sanalah Nabi Isa membunuh Dajal itu. "Orang-orang Yahudi pun akan dikalahkan dan dibinasakan Allah pada waktu itu. Mereka cuba lari dan bersembunyi tetapi semua benda tempat mereka bersembunyi akan pandai bercakap atau bercerita dengan izin Allah. Benda-benda dimaksud termasuklah dinding, batu, pokok kayu dan sebagainya. Kalau ada orang Yahudi yang bersembunyi di balik belakang mereka, benda-benda itu akan memberitahukannya. Termasuk juga satu pokok berduri (disebut pokok Yahudi), jika mereka bersembunyi di bawahnya, pokok itu akan berkata: "Wahai hamba Allah yang beriman, di sini ada orang Yahudi, bunuhlah dia." Kata Rasulullah s.a.w lagi: "Dajal akan berada di dunia selama empat puluh tahun. Satu tahun lamanya seperti setengah tahun, terkadang seperti satu bulan. Satu bulan seperti satu minggu. Dan pada hari yang terakhir terasa sekejap sahaja. Pagi-pagi kamu berada di pintu masuk kota Madinah (Madinah pada zaman Rasul), sampai kamu di pintu yang lain hari pun masuk waktu malam." Mendengar yang demikian ada yang bertanya: "Bagaimana kami mengerjakan solat dalam waktu yang begitu singkat ya Rasulullah?" Rasulullah s.a.w menjawab: "Ukur sajalah jaraknya dan bandingkan dengan waktu yang panjang sekarang ini." Rasulullah s.a.w berkata: "Isa bin Maryam akan memimpin umatku dengan bijaksana dan adil. Beliau akan menghancurkan salib-salib yang ada di dunia ini dan akan membunuh semua babi. Beliau juga akan menghapuskan cukai. Manusia pada waktu itu tidak perlu membayar cukai, bahkan zakat pun tidak dibayar lagi kerana tidak ada orang yang berhak menerimanya. "Pada hari itu semua makhluk dalam keadaan aman dan tenteram. Tidak ada saling cemburu, dengki, saling memarahi dan mengganggu antara sesama makhluk Allah. Sehingga ada anak perempuan yang bermain-main dengan harimau dan harimau itu tidak menerkamnya, begitu juga kambing berkawan dengan serigala. Seluruh dunia ketika itu nanti diliputi oleh kedamaian, keamanan dan ketenteraman. Bahkan ketika itu nanti tidak ada pertelingkahan keyakinan dan pendapat. Tidak ada yang disembah selain Allah. "Orang Arab ketika itu nanti akan merampas kembali semua miliknya. Bumi mengeluarkan cahayanya, menumbuhkan tanam-tanamannya seperti zaman Nabi Adam. Sehingga manusia akan memetik buah anggur dan delima sehingga mereka kenyang memakannya." Ibnu Katsir berkata: "Abdul Rahman Al-Muharibiy berkata: "Sebaiknya hadis ini dijadikan untuk mendidik saja. Hadis ini tidak sahih tetapi banyak hadis lain yang hampir sama maksudnya dengannya. Di antaranya ada diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Umar, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: "Kamu akan memerangi orang-orang Yahudi. Kamu akan memerangi mereka habis-habisan sehingga batu tempat mereka bersembunyi pun akan berkata: "Wahai orang muslim, di sini ada orang Yahudi, bunuhlah dia." Menurut riwayat, bumi nanti akan mengeluarkan segala khazanah kekayaannya, iaitu pada zaman Nabi Isa. Pada waktu itu dunia dalam keadaan makmur dan harta melimpah ruah, sehingga tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat. Dari Abu Hurairah, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: "Sudah hampir masanya turun kepada kamu Ibnu Maryam menjadi hakim yang adil, yang akan membunuh Dajal, membunuh babi, menghancurkan salib dan menghapuskan cukai kerana harta ketika itu melimpah ruah. Ketika itu nanti manusia hanya sujud kepada Allah Tuhan sekalian alam." Diriwayatkan oleh Ahmad, dari Ibnu Mas'ud, dari Rasulullah s.a.w: "Pada malam aku diisrak mikrajkan, aku telah berjumpa dengan Ibrahim, Musa dan Isa a.s. Mereka membincangkan hari kiamat dengan menanyakan permasalahannya kepada Ibrahim. Tetapi beliau hanya menjawab: "Tidak ada pengetahuanku tentang hari kiamat. Cuba kalian tanya kepada Musa." Mereka tanya Nabi Musa tetapi beliau juga hanya menjawab: "Aku tidak tahu tentang kiamat. Cuba kalian tanyakan kepada Isa." "Mereka tanyakan kepada Isa kemudian beliau berkata: "Sebenarnya tidak ada yang mengetahui masalah ini kecuali Allah. Menurut yang dijanjikan Allah kepadaku, Dajal nanti muncul sedangkan di tanganku ada dua sabit (alat pemotong). Sebaik saja Dajal itu melihat aku, dia pun hancur seperti hancurnya timah yang terkena panas. Allah akan membinasakannya, begitu juga orang-orang kafir lainnya. Sehingga batu dan pokok kayu nanti akan ikut berkata: "Wahai orang muslim, di bawahku ada orang kafir bersembunyi, marilah dan bunuhlah dia." Kata Nabi Isa lagi: "Setelah Allah SWT membinasakan mereka, orang-orang muslim pulang ke rumah mereka masing-masing. Dalam keadaan demikian keluar pula Yakjuj dan Makjuj, yakni bertebaran dari segenap penjuru. Kerana banyaknya Yakjuj dan Makjuj itu, maka semua kampung dan tempat tidak ada yang tidak dipijak oleh mereka. Mereka memakan semua makanan yang ada dan meminum semua air. Setelah habis makanan dan buah-buahan, daun-daunan pun habis mereka makan. Air sungai dan tasik semua habis mereka minum." Tambah beliau lagi: "Orang-orang mukmin ketika itu tidak tahan melihat ulah Yakjuj dan Makjuj itu sehingga mereka memohon kepada Allah supaya dibinasakan binatang itu. Berkat doa mereka itu, Yakjuj dan Makjuj itu mati semua. Sekarang timbul masalah yang cukup besar lagi, yakni bangkai Yakjuj dan Makjuj yang bergelimpangan di mana-mana. Di mana-mana seluruh dunia terasa bau bangkai. Akhirnya Allah SWT menurunkan hujan lebat sehingga bangkai-bangkai itu hanyut ke sungai dan kemudian hanyut ke laut." Diriwayatkan oleh Ismail bin Ishak, Rasulullah s.a.w bersabda: "Belum terjadi kiamat sebelum Isa bin Maryam berjalan di udara untuk mengerjakan haji dan umrah, atau sehinga Allah SWT menghimpunkan haji dan umrah dan menjadikan Ashabul Kahfi sahabatnya. Nabi Isa dan kelompok Ashabul Kahfi akan berjalan untuk mengerjakan haji kerana mereka selama ini belum mati dan belum pernah mengerjakan haji." Sebelum ini sudah diterangkan riwayat dari Abu Hurairah yang mengatakan bahawa Nabi Isa a.s akan memimpin dunia nanti selama 40 tahun. Namun demikian disebutkan dalam sahih Muslim, dari Abdullah bin Amr bahawa Nabi Isa akan berada di dunia selama 7 tahun. Pendapat yang lebih kuat ialah yang mengatakan 40 tahun. Menurut Ibnu Katsir kedua-dua pendapat itu sama-sama benar. Maksudnya kata beliau Nabi Isa diangkat ke langit pada usia 33 tahun, kemudian turun nanti ke dunia selamaa 7 tahun lagi, yakni sebelum beliau diwafatkan Allah SWT. Setelah tujuh tahun memimpin dunia, Nabi Isa wafat. Maka umur Nabi Isa secara keseluruhannya 40 tahun. Wallahu A'lam. Menurut Ibnu Katsir, sesuai dengan yang termaktub dalam hadis sahih, Yakjuj dan Makjuj akan keluar pada zaman Nabi Isa. Kemudian Allah SWT memusnahkannya berkat doa Nabi Isa pada satu malam. Ada juga disebutkan dalam hadis bahawa Nabi Isa akan mengerjakan haji setelah turun nanti. Muhammad bin Ka'ab Al-Quraiziy berkata, Ashabul Kahfi akan menjadi sahabat Nabi Isa nanti dan mereka akan sama-sama mengerjakan haji. Katanya Nabi Isa akan wafat di Madinah. Beliau akan disembahyangkan oleh kaum muslimin dan dimakamkan berdekatan dengan makam Rasulullah s.a.w. Menurut riwayat, Isa bin Maryam akan dimakamkan bersebelahan dengan kuburan Nabi Muhammad s.a.w, kuburan Abu Bakar dan Umar. Bererti kuburan Nabi Isa merupakan kuburan yang keempat.

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Saturday, March 31, 2012

Pelbagai Ganjaran dan Tawaran Allah S.W.T

Allah s.w.t menyediakan pelbagai jenis amalan untuk dilakukan oleh manusia Setiap amalan ada ganjaran dan tawaran istimewa yang tersedia menanti. Ada amalan yang diberikan pahala, ada yang dihapuskan dosa, ada yang diberikan bidadari, ada yang diberikan syurga, dan ada juga yang diberikan tuan syurga itu sendiri iaitu Allah s.w.t.Di dalam Hadith Qudsi, Allah berfirman melalui Nabi s.a.w. : Semua amalan Anak adam untuknya kecuali puasa, kerana puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya“. Hadith ini juga boleh dibaca secara majhul dan tafsiran lain pula ialah “balasan bagi puasa ialah Allah”, bermakna Allah menjanjikan Dialah balasan bagi orang berjaya puasa, iaitu tuan syurga. Apabila tuan syurga sudah diperolehi maka secara automatiklah mendapat syurga.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Sesiapa yang melaungkan azan selama dua belas tahun wajiblah baginya syurga dan ditulis untuknya dengan azannya itu pada setiap hari enam puluh kebajikan dan pada setiap iqamah pula tiga puluh kebajikan.” (Hadis riwayat Ibnu Majah)

Sabda Nabi s.a.w, sesiapa yang mengeluarkan benda jijik dari masjid dikurniakannya sebuah rumah (mahligai) di dalam syurga. Manakala dalam riwayat yang lain dihadiahkan seorang bidadari.

Haji yang mabrur menghapuskan dosa yang lalu dan dijanjikan ganjaran syurga.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Sesiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir daripada perut ibunya.” (Bukhari Muslim)

Dalam hadith yang lain, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Haji mabrur itu tiada lain ganjarannya kecuali syurga.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Src: Suraya Harun (PSI Petronas)

Agama Islam Sesuai Untuk Mereka Yang Berakhlak Mulia

Rasulullah s.a.w. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah S.W.T. telah mengkhaskan agama ini (iaitu agama Islam) untuk diriNya (iaitu Allah). Dan tidaklah layak bagi kamu agama ini melainkan kamu mempunyai sifat dermawan (pemurah) dan berakhlak mulia. Oleh demikian hendaklah kamu hiasi agama kamu itu dengan keduanya (iaitu dengan sifat pemurah dan dengan akhlak yang baik). (HR Thabrani dan Al Ashbahani)

Dalam hadith ini disebut bahawa Allah swt menjadikan agama Islam untuk dirinya. Agama Islam adalah milik Allah, oleh itu hanya agama Islam yang boleh diberikan kepada manusia. Selain daripada agama Islam bukanlah milik Allah.

Al-Maidah [19] Sesungguhnya agama (yang benar dan diredai) di sisi Allah ialah Islam.

Dari Abu Al-Darda’ r.a., bahawa Nabi s.a.w., bersabda:

“Tidak ada sesuatu pun yang ditimbang pada hari Kiamat yang lebih berat daripada akhlak dan budi pekerti yang baik. ” (Riwayat Abu Daud & Tirmizi).

Akhlak adalah sesuatu yang abstrak (tidak boleh dipegang), yang tidak boleh ditimbang secara zahirnya. Namun Allah boleh menimbang perkara yang abstrak, misalnya amalan puasa dan sembahyang. Hanya Allah yang boleh menimbang dan menilai berat pahala amalan-amalan tersebut.

Agama Islam hanya sesuai untuk orang yang baik dan murah hati, dan ia tidak sesuai untuk orang jahat dan buruk akhlak. Berakhlaklah dengan akhlak Nabi iaitu akhlak AlQuran. Nabi mengamalkan setiap perkara dan akhlak baik yang disebut dalam AlQuran.

Akhlak yang mulia itu ada sepuluh macam, terkadang semuanya terdapat dalam diri seseorang tetapi tidak terdapat dalam diri anaknya; terkadang semuanya terdapat dalam diri seorang anak tetapi tidak terdapat dalam diri ayahnya; terkadang semuanya terdapat dalam diri seorang hamba tetapi tidak terdapat dalam diri tuannya; Allah membahagikannya kepada orang yang dikehendakiNya hidup bahagia iaitu:

1. Jujur dalam berbicara (cakap benar)

2. berani dalam medan perang

3. selalu memberi orang yang meminta

4. selalu membalas perbuatan baik

5. memelihara amanah

6. bersilaturahim

7. memelihara hak jiran

8. memelihara hak sahabat

9. menghormati tetamu

10. yang paling utama (kepala) diantara kesemuanya ialah malu

(Riwayat Hakim melalui Aisyah r.a.)

Src: Suraya Harun (PSI Petronas)

Dirikanlah Sembahyang dan Keluarkanlah Zakat

Dan dirikanlah kamu akan sembahyang dan keluarkanlah zakat dan rukuklah kamu semua (berjemaah) bersama-sama orang-orang yang rukuk. (Baqarah: 43)

Dirikanlah Sembahyang

Dalam satu hadith disebut “Sembahyang itu Mikraj orang Mukmin”. Orang mukmin ialah yang Islam yang patuh dan Mikraj pula bermaksud naik. Mukmin dinaikkan taraf atau status atau makamnya melalui ibadat sembahyang. Rasulullah menerima kontrak sembahyang semasa Baginda Mikraj (naik) ke satu tempat di atas langit. Pada malam itu Baginda telah naik ke 17 tempat (bilangan rakaat sembahyang sehari semalam juga 17).

Sembahyang juga ialah ‘munajat’ atau ‘hubungan peribadi’ (personal contact dengan Allah). Dalam sebuah hadith, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:

“Sesungguhnya orang sedang sembahyang sedang munajat kepada Tuhannya maka hendaklah kamu perhatikan apakah yang dimunajatkannya dan janganlah kamu menguatkan suara dengan membaca al-Quran. (diriwayatkan oleh Imam Ahmad).

Nabi Musa perlu ke Bukit Thur untuk bermunajat kepada Allah. Umat Nabi Muhammad s.a.w. tidak perlu ke mana-mana kerana mereka boleh sembahyang di mana sahaja, walaupun di rumah masing-masing untuk bermunajat kepada Allah.

Orang yang menjaga sembahyang walaupun hati mereka tidak khusyuk tetap akan dimasukkan ke dalam syurga.

Dan mereka yang tetap memelihara sembahyangnya. (Mukminun:9) Mereka itulah orang-orang yang berhak mewarisi. (Mukminun:10) Yang akan mewarisi Syurga Firdaus; mereka kekal di dalamnya. (Mukminun:11)

Keluarkanlah Zakat

Zakat ialah satu bentuk hubungan sesama manusia (hablun minannas) di antara golongan yang berada dan golongan miskin. Jikalau golongan kaya menunjukkan kemewahan dan tidak mengeluarkan zakat, golongan miskin akan berkecil hati dengan mereka, akhirnya orang kaya itu akan menjadi miskin dan papalah orang kaya itu.

Keluhan orang miskin sangat berkesan di sisi Allah kerana Allah yang menjadikan mereka miskin. Dalam sebuah kisah diceritakan terdapat sepasang suami-isteri yang kaya, isterinya pula suka memberi makan kepada peminta sedekah yang datang ke rumah mereka. Si suami yang kaya pula tidak suka dengan kedatangan peminta sedekah. Suatu hari ketika isterinya memberi makan kepada peminta sedekah itu, suaminya mengambil makanan dan membalingnya kepada peminta sedekah tersebut. Peminta sedekah itu merasa sangat sedih dengan tindakan suami perempuan itu. Akhirnya Allah menukarkan lelaki yang kaya itu menjadi miskin dan peminta sedekah itu menjadi seorang yang kaya dan dia pula mengahwini perempuan yang dulu memberi makan kepadanya (setelah dia menjadi janda).

Zakat hanya dapat dikeluarkan oleh orang yang takut kepada Allah.

Al-Lail [17] Dan (sebaliknya) akan dijauhkan (azab Neraka) itu daripada orang yang sungguh bertakwa; [18] Yang mendermakan hartanya dengan tujuan membersihkan dirinya dan harta bendanya.

Zakat pula dikenakan ke atas lebihan harta, misalnya 2.5% daripada simpanan. Tentang zakat tanaman pula, mazhab Syafie hanya mewajibkan zakat ke atas tanaman yang mengenyangkan seperti beras, gandum. Manakala mazhab Hanafi turut mewajibkan zakat ke atas buah-buahan misalnya setiap sepuluh biji buah durian dikenakan 1 biji zakat.

Al-Anam [141] …. Makanlah dari buahnya ketika ia berbuah dan keluarkanlah haknya (zakatnya) pada hari memetik atau menuainya.

Dalam berzakat, kita tidak boleh memisahkan harta atau menggabungkan harta. Misalnya memberi sebahagian harta kepada isteri untuk mengelakkan daripada dikenakan zakat. Kita juga tidak boleh menyatukan harta beberapa orang untuk mencukupkan nisab zakat. Berdasarkan hadith Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqash, bahawa beliau bersabda:

“Jangan memisahkan yang bergabung, dan jangan menggabungkan yang (memang) terpisah dalam (kewajiban) berzakat.”

Sistem cukai atau income tax yang dihasilkan oleh Barat sebenarnya ditiru daripada sistem zakat Islam. Mereka tidak mempunyai sistem seperti ini dalam ekonomi mereka. Namun income tax dikenakan ke atas pendapatan tanpa mengambil kira lebihan yang dapat disimpan, sedangkan zakat hanya dikenakan ke atas lebihan harta.

Dan Allah telah melebihkan sebahagian dari kamu atas sebahagian yang lain pada rezeki yang dikurniakanNya; dalam pada itu, orang-orang yang diberi kelebihan itu tidak mahu memberikan sebahagian dari kelebihan hartanya kepada hamba-hamba mereka, supaya orang-orang itu dapat sama mempunyai harta…(An-Nahl:71)

Src: Suraya Harun (PSI Petronas)

Ahli Sunnah Wal Jamaah: 73 Jalan, Yang Sampai Hanya 1 Jalan

Dari Abdullah bin ‘Amr r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Demi sesungguhnya akan berlaku kepada umatku perkara-perkara yang betul-betul sama seperti apa yang telah berlaku kepada Bani Israil, sehingga jika ada di antara mereka orang yang berzina dengan ibunya dengan berterang-terang, nescaya akan ada dalam kalangan umatku orang yang melakukan perkara yang demikian; dan sesungguhnya kaum Bani Israil telah berpecah belah kepada tujuh puluh dua (72) puak dan umatku pula akan berpecah belah kepada tujuh puluh tiga (73) puak, semuanya (akan dihumbankan) dalam neraka kecuali satu puak sahaja”. Sahabat-sahabat Baginda bertanya: “Siapa dia puak yang satu itu ya Rasulullah? ” Baginda menjawab: “Puak itu ialah puak yang tetap di atas jalanku dan jalan sahabat-sahabatku.” (Tirmizi)Dalam hadith ini Rasulullah s.a.w. memberitahu bahawa umatnya akan menuruti apa yang dilakukan oleh Bani Israil. Antaranya ialah berzina dengan ibu mereka sendiri.

Umat Nabi Muhammad juga akan berpecah-belah disebabkan hasad dengki sepertimana yang berlaku ke atas Bani Israil.

Rasulullah s.a.w. telah bersabda: “Telah meresap di kalangan kamu penyakit ummah yang terdahulu daripada kamu, iaitulah hasad dan kebencian yang merupakan pemotong. Aku tidak berkata ianya pemotong rumput, tetapi ianya pemotong yang memotong ugama.”

Sesungguhnya sifat hasad memakan segala kebaikan umpama api memakan (menjilat) kayu kering.” (Hadis riwayat Tarmizi).

73 jalan, yang sampai hanya satu jalan

Daripada 73 puak (jalan akidah) dikalangan umat Muhammad hanya satu (1) puak yang layak memasukki syurga. Satu-satunya puak yang terselamat daripada siksa azab neraka ialah golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah iaitu mereka yang mengikut sunnah Rasulullah s.a.w. dan jamaahnya iaitu para sahabat Baginda Mulia. Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Berpeganglah kamu sekalian kepada sunnahku dan sunnah Khalifah ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk selepasku, pegang dan gigitlah dengan gigi geraham, berjaga-jagalah kamu dari benda-benda yang baru maka sesungguhnya setiap yang baru itu bid’ah dan setiap yang bid’ah itu sesat”..’ [Hadith ibnu Majah]

Sahabat-sahabatku adalah laksana bintang-bintang di langit, siapa dari mereka yang kamu ikut nescaya kamu dapat petunjuk.”

Mazhab-mazhab juga mengikut jalan yang sahabat pakai, misalnya Imam Syafie banyak mengambil pendapat Abdullah bin Abbas r.a.. Mazhab Hanafi banyak memilih pendapat Abdullah Ibnu Mas’ud r.a. dan Sayyidina Ali krmwjh. Mazhab Maliki pula banyak memilih pendapat Sayyidina Umar r.a.

Src: Suraya Harun (PSI Petronas)

Talhah r.a. Yang Dermawan

Talhah r.a. ialah seorang sahabat nabi yang kaya dan mempunyai banyak ladang kurma. Pada suatu hari, sedang beliau mendirikan sembahyang di dalam kebunnya, tiba-tiba perhatianya telah tertarik kepada seekor burung yang telah sesat di antara timbunan daun-daun yang tebal. Matanya mengikuti gerak-geri burung itu sehingga ia terlupa bilangan rakaat yang telah dilakukannya. Kelalaianya telah menimbulkan kekesalan yang tidak keruan di dalam hatinya. Selepas menghabiskan sembahyangnya itu, dia berjalan ke arah rumah Rasulullah s.a.w. Setiba di hadapan Baginda, dia pun berkata:

“Ya Rasulullah, kebunku telah menyebabkan aku lalai dalam solat. Aku mendermakannya pada jalan Allah. Tolonglah pergunakannya dengan cara sebaik-baiknya.”

Pada suatu masa yang lain Rasulullah s.a.w hendak membina sebuah masjid, namun tidak dapat dibina kerana terdapat sepohon kurma yang di kawasan itu dan pemiliknya enggan menebang pohon itu. Nabi tidak menggunakan kuasanya sebagai pemerintah untuk menebang pokok kurma itu, sebaliknya menangguhkan hasrat itu. Talhah r.a. telah mendengar tentang perkara itu terus pergi mencari pemilik pohon kurma itu dan menawarkannya sekebun kurma miliknya sebagai ganti kepada sepohon pokok itu. Mendengarkan tawaran yang sangat menarik itu, pemilik pohon itu terus menerima tawaran Talhah r.a. Setelah diceritakan kepada Nabi s.a.w, baginda mengatakan

“orang yang pertama memakan kurma di syurga ialah Talhah r.a.”.

Src: Suraya Harun (PSI Petronas)

Amalan Yang Paling Afdhal

Hadith daripada Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahawasanya seseorang telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. “Amalan apakah yg paling afdhal? Baginda menjawab”Beriman kepada Allah dan Rasul Nya“. Ditanyakan kemudian apa lagi? Baginda menjawab “Berjihad di jalan Allah“. Ditanyakan lalu apa lagi? Baginda menjawab “Haji mabrur“.

Beriman kepada Allah dan Rasulnya adalah amalan yang paling utama. Setiap amalan hendaklah dilakukan kerana Allah. Tanpa iman, amalan tidak bernilai dan amalan yang dilakukan oleh golongan kafir adalah umpama debu yang berterbangan.

Furqan [23] Dan Kami tujukan perbicaraan kepada apa yang mereka telah kerjakan dari jenis amal (yang mereka pandang baik), lalu Kami jadikan dia terbuang sebagai debu yang berterbangan.

Berjihad pula adalah bertujuan untuk meninggikan agama Islam, mendaulatkan atau menegakkan undang-undang, perintah, hukum Islam dan mempertahankan negara Islam daripada serangan musuh. Jihad hanyalah untuk Allah semata-mata, tidak ada jihad untuk mempertahankan bangsa.

Haji yang mabrur bermaksud haji yang diterima. Ulama berpendapat seseorang itu mendapat haji mabrur sekiranya dia menjadi lebih baik dari segi amalan dan meninggalkan perkara buruk yang pernah dilakukan sebelum mengerjakan haji. Untuk mendapatkan haji yang mabrur yang paling penting ialah memastikan duit untuk digunakan untuk mengerjakan haji adalah dari sumber yang halal. Dalam hadith disebut “Sesiapa yang mengerjakan haji dengan duit yang halal, tidak celupar mulutnya, tidak bercakap perkara keji, tidak bergaduh dan tidak bercakap perkara yang menaikkan nafsu, dia akan pulang dengan haji yang mabrur.

“Sesiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir daripada perut ibunya.” (Bukhari Muslim)

(Masa untuk mengerjakan ibadat) Haji itu ialah beberapa bulan yang termaklum. Oleh yang demikian sesiapa yang telah mewajibkan dirinya (dengan niat mengerjakan) ibadat Haji itu, maka tidak boleh mencampuri isteri dan tidak boleh membuat maksiat dan tidak boleh bertengkar, dalam masa mengerjakan ibadat Haji. (Baqarah: 197)

Haji yang mabrur menghapuskan dosa yang lalu dan dijanjikan ganjaran syurga. Dalam hadith yang lain, Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Haji mabrur itu tiada lain ganjarannya kecuali syurga.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Src: Suraya Harun (PSI Petronas)

Tazkirah - Jangan Marah Bahagian 2

Apabila seseorang itu marah, kedua matanya menjadi merah dan urat leher pula kelihatan timbul. Rasulullah mengatakan bahawa kemarahan itu adalah bara api di dalam hati anak Adam dan ia datangnya daripada syaitan yang dijadikan daripada api di mana api hanya dapat dipadamkan dengan air. Kerana itu kita disuruh berwuduk apabila marah:

Hadis diriwayatkan Abu Daud yang bermaksud:“Sesungguhnya marah itu daripada syaitan dan sesungguhnya syaitan itu diciptakan daripada api dan api itu hanya dapat dipadamkan dengan air. Oleh kerana itu, jika salah seorang daripada kamu marah, maka hendaklah ia berwuduk.

Apabila syaitan menguasai diri, seseorang yang marah akan melakukan apa sahaja asalkan puas hatinya. Oleh itu redakan kemarahan samada dengan berwuduk atau mandi.

Kisah Kemarahan Sayyidina Umar Diredakan Setelah Mandi

Sebelum Sayyidina Umar memeluk Islam, beliau amat marah apabila mengetahui adik dan suaminya telah memeluk Islam lalu menuju ke rumah mereka. Beliau mendengar mereka membaca Al-Quran lalu berkata: “Baiklah, tunjukkan kepada aku helaian yang kamu baca tadi!”

Tetapi Fatimah berkeras tidak mahu menyerahkan helaian-helaian yang mengandungi ayat-ayat suci al-Quran kerana akan diapa-apakan oleh Umar. Ini menyebabkan Umar terpaksa bersumpah: “Demi Latta dan Uzza, aku tidak akan buat sesuatu yang tidak baik terhadap apa yang kamu baca sebentar tadi!”

Apabila Fatimah melihat Umar semakin lembut, dia pun akhirnya terpaksa berterus terang kepada abangnya itu: “Wahai saudaraku, helaian ini merupakan kata-kata Allah. Oleh kerana engkau bukan kalangan dari orang Islam malah seorang yang masih syirik sedangkan syirik itu merupakan najis. “Kalau benar engkau hendak membacanya maka hendaklah kamu mandi terlebih dahulu kemudian barulah engkau boleh membacanya.”

Oleh kerana Umar begitu tertarik untuk membaca apa yang telah dibacakan oleh adiknya itu, lalu Umar menuruti sahaja permintaan adiknya itu. Beliau segera mandi membersihkan diri dan bersiap sedia untuk membaca surah-surah al-Quran itu. Umar yang tidak lagi menunjukkan sikap untuk terus berseteru kemudian diberikan satu helaian yang mengandungi sebahagian dari surah al-Taha. Iaitu ayat 14 yang bermaksud: Sesungguhnya Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Oleh itu, sembahlah akan Daku dan dirikanlah sembahyang untuk mengingatiku. Sejurus membaca ayat itu, Umar pun berkata: “Tidak sepatutnya yang empunya kata-kata ini disekutui. Alangkah indah dan mulianya kata-kata ini.”

Kemarahan beliau reda setelah mandi kerana air itu telah menyejukkan syaitan dalam badannya.

Kemarahan manusia itu bermacam-macam-macam.

Setengahnya cepat marah tetapi cepat tenang. Setengahnya pula lambat marah dan lambat pula tenang dan setengah yang lain pula, lambat marah tetapi cepat tenang. Maka yang ketiga inilah yang paling terpuji

Src: Suraya Harun (PSI Petronas)

Dunia, Kuasa dan Wanita

Dari Abu Said al-Khudri, r.a., bahawa Nabi s.a.w., bersabda: “Sesungguhnya dunia ini manis dan indah dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu wakil menguruskan apa yang ada padanya, maka dengan itu ia sentiasa memerhati bagaimana cara kamu menjalankan urusan itu; oleh itu hendaklah kamu menjaga diri dari keburukan yang disebabkan oleh dunia, dan khasnya oleh perempuan, kerana sesungguhnya fitnah yang mula-mula menimpa kaum Bani Israel adalah berpunca dari orang-orang perempuan.” (Muslim)

1. Dunia

Dunia ini manis dan indah bagi mereka yang menggunakannya untuk tujuan akhirat. Dalam satu hadis yang lain pula disebut dunia ini ibarat bangkai yang dicari anjing (sekiranya mencari dunia semata-mata dan diabaikan tanggungjawab akhirat). Carilah dunia untuk ke akhirat seperti mana Sayyidina Abu Bakar, Abdul Rahman Bin Auf, Sayyidina Usman menggunakan kekayaan mereka untuk Islam.

Dalam hadith yang lain pula, Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Dunia ini ibarat penjara (kerana terdapat hukum yang menjaga) bagi orang Mukmin, dan syurga bagi si Kafir“. (Riwayat Muslim, no 2956 ; Majma az-Zawaid, no 7974 ).

Dunia ini adalah penjara bagi orang Islam yang patuh (Mukmin) kerana banyak larangan dan sekatan ke atas kehendak nafsu. Abdullah Bin Mubarak, seorang ulama hadith yang masyhur ditanya tentang hadith ini oleh seorang kafir yang pakaiannya compang-camping semasa beliau menunggang kudanya. “Kamu hidup mewah berbanding aku, sedangkan dunia ini penjara bagi kamu dan sepatutnya syurga bagi aku”. Maka jawab beliau “Pakaian kamu yang compang-camping itu lebih baik berbanding keadaan kamu di neraka, manakala kemewahan aku ini sangat sedikit berbanding kemewahan yang akan datang di syurga”

2. Kuasa

Dalam hadith ini juga disebut “sesungguhnya Allah menjadikan kamu wakil menguruskan apa yang ada padanya, maka dengan itu ia sentiasa memerhati bagaimana cara kamu menjalankan urusan itu”. Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi ini. Firman Allah bekerjalah…Allah, Rasul dan orang Mukmin akan melihat kemampuan kamu:-

Taubah [105] Dan katakanlah (wahai Muhammad): Beramallah kamu (akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Dia menerangkan kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan.

Rasulullah s.a.w. ada memberitahu bahawa menjadi seorang pemimpin boleh mendatangkan sesalan dan kedukacitaan di Padang Mahsyar nanti dalam hadisnya yang bermaksud:

“Sungguh kamu semua bercita-cita menjadi pemimpin padahal kamu semua akan menyesal pada hari kiamat, maka alangkah baiknya orang yang sedang menyusukan dan alangkah buruknya orang yang sedang menyapih (berhenti menyusu).” (Hadis riwayat Bukhari dan Nasa’i)

3. Wanita

Dari Usamah bin Zaid r.a. bahawa Nabi s.a.w., bersabda: “Tidak ada sesuatu fitnah (bencana) yang lebih besar bahayanya dan lebih bermaharajalela – selepas wafatku – terhadap kaum lelaki, selain daripada fitnah yang berpunca dari kaum perempuan.Perempuan walaupun kurang akalnya, namun daya tarikannya seperti magnet yang sangat kuat. Pengaruhnya dan tipu muslihatnya sangat besar hinggakan lelaki yang cerdik juga boleh tewas kepada wanita.Seperti mana diceritakan dalam Al-Quran tentang cerita Zulakha, isteri Raja Mesir yang menggoda Nabi Yusuf:

Yusuf [28] Setelah suaminya melihat baju Yusuf koyak dari belakang, berkatalah ia: “Sesungguhnya ini adalah dari tipu daya kamu orang-orang perempuan; sesungguhnya tipu daya kamu amatlah besar pengaruhnya.

Src: Suraya Harun (PSI Petronas)

Tuesday, February 21, 2012

Nasib Ahli Neraka

Al-Haqqa [30] (Lalu diperintahkan malaikat penjaga Neraka): Tangkaplah orang yang berdosa itu serta belenggulah dia.

Al-Haqqa [31] Kemudian bakarlah dia di dalam Neraka Jahiim.

Al-Haqqa [32] Selain dari itu, masukkanlah dia dalam (lingkaran) rantai besi yang ukuran panjangnya tujuh puluh hasta, (dengan membelitkannya ke badannya)!

Sudahlah neraka itu panas, diberi pula minuman yang panas menggelegak.

Muhammad [15]…..orang-orang yang tinggal kekal di dalam Neraka dan diberi minum dari air yang menggelegak sehingga menjadikan isi perut mereka hancur?….

Waqiah [53] Selepas itu kamu akan meminum pula dari air panas yang menggelegak, [54] Iaitu kamu akan minum seperti unta yang berpenyakit sentiasa dahaga dan tidak puas-puas

Api Neraka itu membakar muka mereka dan tinggallah mereka di situ dengan muka yang hodoh cacat. (Mukminun: 104).

Mereka merayu agar dikeluarkan dari neraka, namun dijawab oleh Allah “duduklah kamu terperap di situ”.

Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari Neraka ini (serta kembalikanlah kami ke dunia); setelah itu kalau kami kembali lagi (mengerjakan kufur dan maksiat), maka sesungguhnya kami orang-orang yang zalim. (Mukminun:107)

(Allah) berfirman: Diamlah kamu dengan kehinaan di dalam Neraka dan janganlah kamu berkata-kata (memohon sesuatupun) kepadaKu! (Mukminun:108)

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Kepentingan Kaedah-Kaedah Fiqh

Salah satu ciri yang istimewa dalam syariah Islam ialah ianya fleksibel dan sesuai dengan setiap zaman. Syariah Islam tidak jumud atau beku seperti yang difikirkan oleh segelintir orang. Hukum-hakam Islam tidak hanya terikat kepada nas-nas secara tekstual, literal dan zahir tetapi harus diselaraskan dengan prinsip dan kaedah fiqh bagi mendepani permasalahan umat dan peredaran zaman.

Islam bukan agama bersifat ritual semata-mata tetapi merangkumi persoalan urusan kemasyarakatan seperti kekeluargaan, pendidikan, ekonomi (iktisad), perundangan (nizam), jihad dan pemerintahan (siasah) yang mana mesti diurus dengan penuh kebijaksanaan.

Cabaran zaman dengan kemajuan teknologi, sistem ekonomi yang kompleks, urusan manusia yang makin rencam menyebabkan pelbagai permasalahan baru timbul. Untuk itu, para ulama’ perlu menguasai pelbagai bidang ilmu fiqh dengan lebih meluas untuk memenuhi keperluan umat seperti fiqh perbandingan, fiqh awlawiyyat, fiqh kenegaraan, fiqh ekonomi dan sebagainya.

Para ulama mazhab telah banyak membicarakan perkara seperti ini. Di antara mazhab yang begitu luas mengambilkira kaedah-kaedah fiqh dalam ijtihadnya ialah mazhab Imam Abu Hanifah dan as-Syafi’i.

Mengaplikasikan kaedah-kaedah fiqh bukan bermakna mengetepikan nas-nas al-Quran dan as-Sunnah tetapi sebaliknya untuk mengurus dan memandu urusan agama dan urusan manusia agar diselaraskan dengan keadaan dan masa demi kemaslahatan umat itu sendiri dan mencapai tujuan syariah (maqasid syariah).

Para ulama telah menyenaraikan begitu banyak kaedah-kaedah fiqh yang boleh menjadi panduan umat pada masa hadapan. Di bawah ini adalah di antara kaedah fiqh yang biasa dipraktikkan:-

1. Dharurat mengharuskan sesuatu larangan.

2. Yang satu tidak boleh diasingkan dan yang berasingan tidak boleh disatukan.

3. Banyak itu dikira semua (‘most’ is considered as ‘all’)

4. Setiap perkara dinilai mengikut niat dan tujuan

5. Adat (uruf) adalah sumber hukum

6. Apabila yang wajib tidak sempurna kerana sesuatu perkara, maka perkara itu juga menjadi wajib. (CTH: Wuduk utk solat)

7. Tidak boleh memudaratkan diri dan tidak boleh memudaratkan orang lain.

8. Mudarat itu dicegah seberapa yang mampu.

9. Mudharat itu dihilangkan seberapa yang mampu.

10. Mudharat tidak boleh dihilangkan dengan satu mudharat yang sama atau yang lebih besar.

11. Mudharat yang khusus boleh ditanggung untuk menolak mudharat yang umum.

12. Mudharat yang rendah boleh ditanggung untuk menolak mudharat yang lebih tinggi.

13. Boleh menanggung mudharat yang lebih ringan dari dua mudharat yang ada.

14. Menolak kerosakan lebih utama dan mengambil manfa’at.

15. Kerosakan yang sedikit dimaafkan demi untuk mengambil maslahat yang besar.

16. Ditinggalkan maslahat yang lebih rendah dan dua maslahat yang ada.

17. Kesulitan akan mendatangkan kemudahan.

18. Jika sesuatu perkara menjadi sempit, ia sendiri akan menjadi luas.

19. Harus bagi yang mengikut apa yang tidak harus bagi yang asal.

20. Harus bagi sesuatu yang kekal dan berakhir apa yang tidak harus bagi sesuatu yang bermula.

21. Asal bagi segala sesuatu adalah harus.

22. Asal bagi segala persoalan kebiasaan dan muamalat, ialah melihat pada sebab dan maslahah.

23. Seseorang itu memikul tanggungjawab sendiri atas harta yang perlu dibayar olehnya sebagaimana dia berhak penuh atas harta yang diperolehinya.

24. Orang Islam terikat dengan syarat-syarat yang dipersetujui bersama.

25. Sesuatu yang telah diketahui secara adat adalah ibarat sesuatu yang telah disyaratkan sebagai satu syarat.

26. Tiada pertimbangan hukum bagi sesuatu yang jarang-jarang berlaku.

27. Sesuatu yang majoriti, mengambil hukum umum.

28. Hak-hak Allah dibina atas prinsip tolak ansur. Hak-hak manusia dibina atas prinsip berkira.

29. Hak umat didahulukan dari hak individu.

30. Fardhu ‘ain didahulukan dari fardhu kifayah.

31. Fardhu kifayah yang belum dilaksanakan oleh sesiapa diutamakan atas fardhu kifayah yang telah dilaksanakan oleh sebahagian manusia.

32. Tidak diterima amal sunat kecuali telah ditunaikan amal yang fardhu.

33. Orang yang ketat/tegar, Allah akan bersifat ketat dengannya.

34. Penilaian itu ialah berdasarkan pada akhir-akhir satu perkara.

35. Amal hati lebih afdhal dari amal tubuh.

36. Kemungkaran tidak boleh dihilangkan dengan kemungkaran yang lebih besar.

37. Islam menghapuskan apa yang sebelumnya dan taubat menghapuskan juga apa yang sebelumnya.

38. Apa yang hampir sama dengan sesuatu perkara, maka diambil hukumnya.

39. Apa yang diasaskan atas kebatilan, maka ia juga adalah satu kebatilan.

40. Tiada dosa lagi setelah kekufuran.

41. Bid’ah lebih buruk dari maksiat.

42. Sesuatu yang zanni tidak boleh mengatasi apa yang qat‘ii, apatah lagi untuk mendahulukannya.

43. Sesuatu yang telah diyakini, tidak dihilangkan kerana keraguan.

44. Sesuatu fatwa tidak membatalkan fatwa yang lain.

45. Hukum asas dalam urusan mua’malat (jual beli) adalah kembali melihat tujuannya dan maslahat kebaikan (yang boleh dicapai daripadanya).

46. Apa-apa yang diharuskan kerana sebab dharurat, adalah dibataskan dengan batasan tertentu. (As-Ashbah Wa An-Nazair, As-Suyuti, 1/82; Hawashi Asy-Syarwani, 3/27 )

47. Tidak dapat disangkal bahawa beberapa jenis hukum berubah dengan perubahan masa (dan tempat). (Majallah al-Ahkam Al-Adliyah)

48. Kesukaran yang bersangatan boleh membawa kepada keringan (dalam menentukan hukum).

49. Apa-apa yang membawa kepada haram, hukumnya adalah haram. (Majma Al-Anhar, 4/25 ; rujuk perincian dalam ‘Ilam Al-Muwaqqi’ien, Ibn Qayyim, 3/137)

Wallahu a’lam.

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

ABAD 21 MILIK ISLAM

Sejarah dan fakta telah membuktikan bahawa abad ke 19 adalah milik Kristian, abad 20 dikuasai Yahudi dan abad 21 adalah milik Islam, InsyaAllah.

Terdapat beberapa hadis yang menerangkan perkara ini di antaranya:

Abu Hurairah (RA) meriwayatkan dari Nabi S.A.W yang bersabda: “Kiamat (as-Sa’ah) tidak akan berlaku sebelum orang Islam memerangi Yahudi dan orang Islam akan membunuh mereka dan menyebabkan orang Yahudi berlindung di sebalik batu dan pokok, sehingga batu dan pokok akan berkata, “Wahai orang Islam, Wahai hamba Allah! Orang Yahudi ada di belakangku, sila datang dan bunuh ia” (HR Muslim)

“Tidak berlaku kiamat sehinggalah dibuka Rom…” (HR Muslim). Hadis ini berkaitan kebangkitan Islam di Eropah Barat.

Namun, kemenangan Islam tidak akan datang dengan hanya berpeluk tubuh. Perjuangan, kesungguhan dan pengorbanan umat Islam diperlukan ke arah kejayaan ini.

Wallahu’alam.

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Kelebihan Keluarga Rasulullah

Dan hendaklah kamu tetap diam di rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliah zaman dahulu dan dirikanlah sembahyang serta berilah zakat dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah (perintahkan kamu dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara yang mencemarkan diri kamu wahai “AhlulBait” dan hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari segala perkara yang keji). (Ahzab:33)

Apa jua yang diperintahkan oleh Allah adalah untuk membersihkan kita walaupun ianya susah, misalnya sembahyang adalah untuk menyucikan kita daripada kotoran najis dan dosa. Tarbiyyah (pendidikan) Islam adalah bertujuan untuk menyucikan zahir (najis) dan batin (dosa) umatnya.

Begitu juga ahlulbait atau ahli rumah Rasulullah s.a.w. iaitu para isteri Baginda juga tidak terkecuali kerana mereka adalah ibu orang mukmin dan juga ahli syurga. Oleh itu mereka mesti menunjukkan contoh yang baik kepada orang awam dan masyarakat.

Bahkan setiap kesalahan dan kebaikan mereka diganda dua kali pahala atau dosa.

Wahai isteri-isteri Nabi, sesiapa di antara kamu yang melakukan sesuatu perbuatan keji yang nyata, nescaya akan digandakan azab seksa baginya dua kali ganda. Dan (hukuman) yang demikian itu adalah mudah bagi Allah melaksanakannya. (Ahzab:30)

Dan sesiapa di antara kamu semua tetap taat kepada Allah dan RasulNya serta mengerjakan amal yang soleh, Kami akan beri kepadanya pahala amalnya itu dua kali ganda dan Kami sediakan baginya limpah kurnia yang mulia. (Ahzab:31)

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Kelebihan AhlulBait

Dari Yazid bin Hayyan yang berkata ”Aku, Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata Husain kepada Zaid ”Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan hadithnya, berperang bersamanya dan sembahyang di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Cuba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW.

Berkata Zaid “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku sudah lupa akan sebahagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang kuceritakan kepadamu terimalah dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu memaksaku untuk memberikannya.

Lalu Zaid berkata ”pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di sebuah tempat yang bernama Khum seraya berkhutbah, maka Beliau SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasihat dan peringatan.

Kemudian Beliau SAW bersabda “Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahawa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”. Kemudian Beliau melanjutkan, “dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku”

Lalu Husain bertanya kepada Zaid ”Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah isteri-isteri Nabi termasuk Ahlul Bait? Jawabnya “Isteri-isteri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait disini adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”, Husain bertanya “Siapa mereka?”.Jawab Zaid ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbes”. Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain; “Ya”, jawabnya.

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Thursday, February 2, 2012

Doa Kedamaian dan Perpaduan Sesama Islam

Ya Allah, damaikanlah persengketaan yang ada di antara kami, satukanlah hati-hati kami.

Islam adalah agama perdamaian dan umat Islam mestilah bersatu padu.

Hujurat [10] Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat.

Bahkan dalam Islam, haram tidak bertegur sapa sesama Islam selama tiga hari (kerana bergaduh). Dari tidak bertegur sapa boleh membawa kepada perpecahan dan akhirnya umat Islam menjadi lemah. Kata pepatah Melayu, “Bersatu teguh, bercerai roboh”.

Anfal [46] Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak nescaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar.

Semasa Perang Ahzab, pelbagai qabilah kafir pada masa itu mula bersatu untuk menentang Islam kerana mereka tahu “kekuatan itu ada dalam kesatuan”. Peristiwa yang bersejarah ini kita sebut apabila tiba dua hari raya dalam lafaz takbir ‘wahazamal Ahzaaba wahdah’ yang bermaksud: “Dan Allah S.W.T. menghancurkan tentera Al-Ahzab dengan keesaan-Nya.”

Rapatkan saf dalam sembahyang jemaah kerana saf yang renggang adalah punca utama perpecahan. Rapatkan saf nescaya ALLAH akan betulkan hati sesama kamu (mencetuskan perpaduan). Di dalam riwayat Abu Hurairah r.a.. dia berkata,

“Rasulullah biasa masuk memeriksa ke saf-saf bermula dari satu hujung (sisi) ke hujung yang lain, memegang dada dan bahu kami lalu bersabda, “Jangan lah kamu berbeza (tidak lurus safnya), kerana ia akan menjadikan hati kamu berselisih.” (Hadis Riwayat Muslim)

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Doa Buka Telinga Hati

“”Ya Allah bukakanlah pendengaran hatiku untuk mengingatiMu … dan kurniakan ketaatan kepadaMu dan ketaatan pada RasulMu serta beramal dengan kitabMu” (Riwayat Thabrani daripada Sayyidina Ali)

Dalam hadith ini Rasulullah s.a.w. mengajar kita agar berdoa supaya dibuka telinga hati. Dalam hadith yang lain pula disebut pintu hati, sepertimana kita orang Melayu biasa menyebut “semoga dibukakan pintu hatinya.

Hati sanubari adalah seumpama radar, baik hati itu maka baiklah seseorang itu. Hati jugalah yang akan diperiksa di ahkirat nanti.

Al-A’diyat [10] Dan dikumpul serta didedahkan segala yang terpendam dalam dada?[11] Sesungguhnya Tuhan mereka Maha Mengetahui dengan mendalam tentang (balasan yang diberikanNya kepada) mereka pada hari itu

Setiap dosa atau maksiat menumbuhkan satu titik hitam dalam hati, sekiranya tidak dibersihkan dengan taubat atau istigfar, maka ia akan menutup cahaya iman dalam hati kita.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Sesiapa yang melakukan satu dosa, maka akan tumbuh pada hatinya setitik hitam, sekiranya dia bertaubat akan terkikislah titik hitam itu daripada hatinya. Jika dia tidak bertaubat, maka titik hitam itu akan terus merebak hingga seluruh hatinya menjadi hitam” (Hadis riwayat Ibn Majah).

Cahaya iman dalam hati adalah cahaya yang lahir daripada dua kalimah syahadah. Cahaya iman inilah yang menunjukkan kita jalan yang perlu diikuti. Apabila dosa dilakukan dan tidak dicuci dengan istigfar, maka malaplah cahaya iman. Setelah cahaya iman itu malap, maka dosa yang besarpun dianggap kecil, sehingga ada yang berkata “aku minum arak je” atau “aku cuma tinggal sembahyang je”, sedangkan satu sembahyang yang ditinggalkan dengan sengaja itu akan mencampak mereka ke dalam neraka selama 80 tahun. Apabila cahaya iman sudah lemah, tidak semarak dan tidak bertenaga, maka tiada keinsafan yang akan lahir daripada hati.

Apabila seseorang itu merasa seronok dalam melakukan kebaikan dan berasa sedih dalam melakukan kejahatan, maka rasa itu adalah tanda iman sudah mula terserap dalam hatinya.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Sesiapa yang merasa gembira apabila ia melakukan amal baik dan merasa buruk dengan perlakuan dosanya, itulah ciri Mukmin sejati ” (Riwayat At-Tirmizi)

Taatlah kepada Allah yang merupakan tuan dunia dan juga tuan agama kita. Patuhlah kepada syariat yang diperintahkan dan patuhlah kepada Nabi yang dilantik untuk menyampaikan syariatnya.

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Doa Minta Ilmu, Sifat Lemah-Lembut, Ketakwaan dan Kesihatan

“ Ya Allah, Kayakanlah aku dengan ilmu, hiasi diriku dengan sifat lemah-lembut, muliakanlah aku dengan sifat ketakwaan dan cantikkanlah aku dengan nikmat kesihatan”.

Semua perkara berpunca daripada ilmu. Allah membantu kita untuk hidup di dunia dan juga di akhirat ini melalui ilmunya. Untuk mencari kehidupan di dunia ini kita perlu kepada ilmu, bahkan untuk masuk ke syurga juga kita perlu kepada ilmu. Ilmu adalah kunci kejayaan dunia dan akhirat.

Siapa yang berkehendakan kejayaan dunia, hendaklah mereka mencari ilmunya. Siapa yang berkehendakkan kejayaan akhirat, hendaklah mereka mencari ilmunya, tetapi siapa yang berkehendakkan kedua-duanya, hendaklah mereka mencari ilmu dunia dan akhirat.

Bahkan sifat Allah itu sendiri ialah ‘ilmun”. Ilmunya adalah ilmu yang asli, dan diberikan sedikit kepada makhluknya.

Sifat lemah-lembut adalah sifat para nabi. Dalam sebuah hadith disebut “hampir semua orang yang lemah-lembut menjadi nabi”. Setiap nabi bakal ditentang oleh umatnya dalam menyampaikan dakwah mereka. Para nabi akan dituduh dengan pelbagai tuduhan seperti gila, ahli sihir, dirasuk jin, penyair, pawang dan sebagainya. Orang yang tidak mempunyai sifat lemah-lembut tidak akan mampu bersabar dengan tuduhan-tuduhan seperti ini.

Ketakwaan adalah kepala atau kemuncak segala ketaatan (ibadah). Hanya dengan takwa (takut) kepada Allah sahajalah seseorang itu dapat melakukan segala ibadah. Semakin bertakwa, semakin rajinlah seseorang itu beribadah. Bahkan lafaz “ittaqullah” (bertakwalah kamu kepada Allah) adalah rukun dalam khutbah sembahyang jumaat bagi mazhab Syafie dan tidak boleh ditukarkan dengan perkataan lain.

Hanya dengan kesihatan yang baik kita dapat melakukan ibadah. Beribadatlah semasa muda lagi kerana masa muda kita masih lagi bertenaga dan mempunyai kesihatan yang baik. Selain itu pemuda yang melakukan ibadat digandakan pahalanya kerana semasa muda pelbagai godaan nafsu terpaksa ditempuhi berbanding mereka yang tua. Bahkan dengan kesihatan juga kita dapat mencari harta dunia, seorang yang sihat dapat bergerak cergas untuk mencari kehidupan dunianya.

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

Allah Pemberi Rezeki, Seorangpun Tidak Dilupakan

Dalam sebuah syair disebut ” Maha Suci Allah yang memberi rezeki kepada hambanya dan seorangpun dia tidak lupa.

Di zaman Nabi Allah Sulaiman berlaku satu peristiwa, apabila Nabi Allah Sulaiman nampak seekor semut melata di atas batu, lantas Nabi Allah Sulaiman merasa hairan bagaimana semut ini hendak hidup di atas batu yang kering di tengah-tengah padang pasir yang tandus.

Nabi Allah Sulaiman pun bertanya kepada semut:” Wahai semut apakah engkau yakin ada makanan yang cukup untuk kamu”.

Semut pun menjawab: “Rezeki di tangan ALLAH, aku percaya rezeki di tangan ALLAH, aku yakin di atas batu kering di padang pasir yang tandus ini ada rezeki untuk ku“.

Lantas Nabi Allah Sulaiman pun bertanya:” Wahai semut, berapa banyakkah engkau makan? Apakah yang engkau gemar makan? Dan banyak mana engkau makan dalam sebulan?“

Jawab semut:”Aku makan hanya sekadar sebiji gandum sebulan“.

Nabi Allah Sulaiman pun mencadangkan:”Kalau kamu makan hanya sebiji gandum sebulan tak payah kamu melata di atas batu, aku boleh tolong”.

Nabi Allah Sulaiman pun mengambil satu bekas, dia angkat semut itu dan dimasukkan ke dalam bekas; kemudian Nabi ambil gandum sebiji, dibubuh dalam bekas dan tutup bekas itu. Kemudian Nabi tinggal semut di dalam bekas dengan sebiji gandum selama satu bulan.

Bila cukup satu bulan Nabi Allah Sulaiman lihat gandum sebiji tadi hanya dimakan setengah sahaja oleh semut, lantas Nabi Allah Sulaiman menemplak semut: “Kamu rupanya berbohong pada aku!. Bulan lalu kamu kata kamu makan sebiji gandum sebulan, ini sudah sebulan tapi kamu makan setengah“.

Jawab semut:”Aku tidak berbohong, aku tidak berbohong, kalau aku ada di atas batu aku pasti makan apa pun sehingga banyaknya sama seperti sebiji gandum sebulan, kerana makanan itu aku cari sendiri dan rezeki itu datangnya daripada Allah dan Allah tidak pernah lupa padaku.

Tetapi bila kamu masukkan aku dalam bekas yang tertutup, rezeki aku bergantung pada kamu dan aku tak percaya kepada kamu, sebab itulah aku makan setengah sahaja supaya tahan dua bulan. Aku takut kamu lupa“.

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)

SATU MINIT Yang Singkat

Apabila ditanya apakah yang telah kita dilakukan satu jam yang lepas, mungkin kita akan berfikir-fikir dan akan cuba mengingatinya. Mungkin kita katakan, kita menonton TV atau berbual-bual kosong sahaja. Jika diukur dari sudut agama, mungkin satu jam yang lalu tiada langsung atau sedikit sahaja yang boleh dikaitkan untuk agama sebagai bekalan hidup kita selepas kematian.

Itu kalau ditanya untuk satu jam yang lalu. Bagaimana pula kalau ditanya, apa yang telah kita lakukan SATU MINIT yang lalu? Mungkin kita berkata tiada apa yang boleh diukur dan dinilai bagi tempoh tersebut kerana ia terlalu singkat.

Sedarkah bahawa dalam SATU MINIT kita boleh manfaatkan dengan pelbagai jenis amalan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah (swt). Di antara amalan yang boleh kita lakukan dalam SATU MINIT adalah:-

· Bertasbih sebanyak 100 kali

· Membaca separuh atau lebih halaman mashaf al-Quran

· Menelaah satu halaman buku agama

· Menulis nasihat-nasihat

· Membaca surah al-Ikhlas sebanyak tujuh kali

Inilah yang telah disebutkan oleh Allah (swt) dalam al-Quran;

“Demi masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka yang berpesan-pesan dengan hak (kebenaran) serta berpesan-pesan dengan kesabaran.” (Surah al-‘Asr, ayat 1-3)

(Dipetik dengan sedikit ubahsuai buku adaptasi karya Dr. ‘Aidh al-Qarni)

Wallahu a’lam.

Src: Suraya Harun (Mitco Petronas)